Penulis
Intisari-Online.com -Bulan Januari lalu, China memperingatkan Inggris dan negara Barat lainnya untuk tidak mengirim kapal perang ke Laut China Selatan.
“Negeri Panda” menyatakan bahwa pihaknya bakal mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatannya.
Ancaman tersebut dilontarkan China setelah muncul kabar kalau kapal induk terbaru Inggris, HMS Queen Elizabeth, akan dikerahkan ke Laut China Selatan dalam beberapa bulan mendatang.
Rencana pengerahan HMS Queen Elizabeth ke perairan tersebut merupakan bagian dari misi operasional pertamanya.
Kemudian pada Februari, Angkatan Laut Prancis akan kembali mengirim kapal perang mereka melintasi Laut China Selatan.
Dilansir South China Morning Post, Selasa (2/3), kegiatan itu dilakukan sebagai bagian misi pelayaran militer dan kebebasan navigasi tahunan bernama Jeanne d'Arc.
Baru-baru ini, Jerman juga dilaporkan bakal kirim kapal perang ke Laut China Selatan.
Melansir Express.co.uk, Kamis (4/3/2021), untuk alasan itu, Beijing telah mengeluarkan peringatan kepada Jerman setelah Jerman menyatakan rencana untuk mengirim kapal perang ke Laut China Selatan musim panas ini karena ketegangan di wilayah yang disengketakan terus meningkat.
Para pejabat pada Selasa mengatakan Kapal itu akan menjadi kapal Jerman pertama yang menyeberangi Laut China Selatan sejak 2002.
Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan: "Ini tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk membahayakan kedaulatan dan keamanan negara-negara pesisir."
Kementerian luar negeri dan pertahanan Jerman mengatakan kapal itu tidak akan melewati apa yang mereka sebut "12-nautical-mile".
Istilah ini mengacu pada sabuk perairan pantai yang membentang sejauh 12 mil laut dari garis pantai suatu negara yang dianggap sebagai batas kontrol teritorialsuatu negara.
Fregat Jerman diperkirakan akan berangkat ke Laut China Selatan pada bulan Agustus, menurut Berlin.
Misinya, kata mereka, adalah untuk memperkuat multilateralisme dan menunjukkan dukungan Jerman untuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Washington memuji rencana yang diajukan oleh sekutu NATO mereka.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada Reuters: “Kami menyambut baik dukungan Jerman untuk tatanan internasionalsesuai aturan di Indo-Pasifik.
“Komunitas internasional memiliki kepentingan penting dalam pelestarian tatanan maritim terbuka.”
Baca Juga: Manfaat Air Rebusan Jahe Kunyit dan Sereh, Yuk Rutin Konsumsi Ini!
Klaim teritorial "sembilan garis putus-putus (nine-dash line)" Beijing mencakup hampir semua perairan di Laut China Selatan.
China secara bertahap memperluas kehadirannya di wilayah tersebut dengan membangun pos-pos militer di pulau-pulau buatan.
AS secara teratur menuduh Beijing melakukan militerisasi kawasan itu dan mencoba mengeksploitasi cadangan minyak dan gas alam.