Sama-sama Diasingkan di Wilayah Arab Sunni, Mengapa Iran dan Israel Justru Saling Benci dan Siap Angkat Senjata Melawan Satu Sama Lain?

Maymunah Nasution

Penulis

Ilustrasi bendera Iran dan Israel, mengapa hubungan dua negara senantiasa dalam keadaan buruk?
Ilustrasi bendera Iran dan Israel, mengapa hubungan dua negara senantiasa dalam keadaan buruk?

Intisari-online.com -Tahun 2018 lalu, hubungan kedua negara di Timur Tengah, Iran dan Israel, mencapai puncak ketegangan tertinggi dari hubungan keduanya.

Hal ini dipicu karena pada tahun 2018 terjadi beberapa serangan Israel-Iran di Suriah.

Saat ini, Israel mati-matian mencegah agar Iran tidak bisa memiliki senjata nuklir.

Terbukti dengan salah satu ilmuwan nuklir Iran yang dibunuh oleh Israel lewat agen mata-mata mereka, Mossad.

Baca Juga: Bencinya Setengah Mati pada Iran, Israel Bakal Lakukan Segala Cara Agar Iran Tak Punya Senjata Nuklir

Namun hubungan memburuk antara kedua negara itu belum benar-benar dibahas sebelumnya.

Apa yang menyebabkan kedua negara ini justru ngotot saling serang bahkan siap membunuh masa depan satu sama lain?

Ironisnya, kedua negara ini sebenarnya adalah dua negara minoritas di dunia Arab Sunni.

Israel mendapat kecaman dari dunia Arab karena penjajahan lewat aneksasi Tepi Barat dan Gaza terhadap warga Palestina.

Baca Juga: Al Aqsa Dalam Kondisi Sangat Rentan, Kepala Penjaganya Disengsarakan Israel Setelah Rumahnya Diratakan dengan Buldoser dengan Dalih Ini

Konflik Yerusalem juga membuat mereka tidak mendapat hati para tetangga Arab mereka.

Sementara Iran adalah negara Islam Syiah yang memiliki landasan agama berbeda dengan Islam yang dianut di Arab Saudi maupun negara Islam Sunni lainnya.

Awal ketegangan

Melansir france24, ketegangan keduanya dimulai pada tahun 1979 ketika Syah Iran Mohammade Reza Pahlavi digulingkan.

Baca Juga: Turuti Keinginan Iran, Anak Buah Donald Trump Sebut Joe Bidendi Ambang Ketakutan Karena Perang Nuklir, 'Dia Tidak Belajar dari Kegagalan di Masa Lalu'

Iran yang sebelumnya menjadi negara monarki berubah menjadi negara Republik teokratis Syiah di tangan Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Sebelum monarki Iran digulingkan, dua negara memiliki hubungan yang baik.

Iran menjadi negara Muslim kedua yang mengakui Israel tahun 1950, setahun setelah Turki.

Teheran dan Tel Aviv berhubungan dalam kerjasama informal, berdasarkan kerjasama militer, teknologi, pertanian dan masalah minyak.

Baca Juga: Terbunuh atau Dibunuh, Anak-anak Korban Perang di Afghanistan Diberi Pilihan Sulit, 'Ditembaki Pasukan Militandi Tanah Kelahiran atau Mati Kedinginan di Negara Tetangga'

Ketika Syah diasingkan, nada hubungan Iran-Israel berubah cepat.

Pada pidato pertamanya, Khomeini yang mengklaim dirinya pemimpin agung revolusi Islam, menyebutkan Iran memiliki dua musuh.

Musuh pertama adalah AS, "Setan besar" dan sekutu utama AS di wilayah tersebut, Israel, atau "Setan kecil."

Ingin memperluas pengaruh revolusi Islam di dunia Muslim dan melegitimasi kekuatan ulama, pemimpin Iran, penulis banyak karya anti-Zionis, memposisikan bangsanya sebagai pembela perjuangan Palestina dan musuh utama Israel.

Baca Juga: Sudah Dikepung Banyak Negara, Iran dan Rusia Ikut-ikutan Kirim Angkatan Lautnya ke Lokasi Sengketa Ini, Bikin Chinadi Atas Angin Sementara Amerika Waspada Perang

Khomeini menekankan Israel adalah negara yang ia ingin lihat menghilang untuk membebaskan Yerusalem.

Yasser Arafat, mantan kepala Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), adalah pemimpin asing pertama yang mengunjungi Teheran.

Ia disambut kerumunan warga meneriakkan "kematian untuk Israel".

Tahun 1982, Khomeini memerintahkan pembentukan milisi Islami, Hizbullah, di Lebanon, negara Arab dengan komunitas Syiah yang besar.

Baca Juga: 'Jika Anda Menyerang Lebanon, Kami Akan Menyerang Kota Anda', Begini Cara Hizbullah Mengancam untuk Hancurkan Angkatan Udara Israel, Gunakan Rudal Buatan Musuh Bebuyutan Israel

Tujuan Hizbullah adalah melawan pasukan militer Israel, yang menyerang wilayah Lebanon selatan didominasi Syiah tahun 1982 dan menduduki wilayah itu sampai tahun 2000.

Hubungan kontra-Iran

Pada pertengahan tahun 1980-an, saat perang Iran-Irak menggelora, skandal heboh meledak di AS.

Meskipun retorika Iran yang berupa anti-AS, anti Israel, rupanya administrasi Presiden AS Ronald Reagan secara sembunyi-sembunyi menjual senjata ke Iran, melalui Israel.

Baca Juga: Dimulai Karena Sengketa Perbatasan, Perang Irak-Iran Pecah dan Berlangsung Selama 8 Tahun, 'Sama-sama Gunakan Ratusan Tank dan Senjata Kimia', Siapa yang Menang?

Hal tersebut dilakukan untuk membantu membiayai Kontra sayap kanan di Nikaragua sementara terus-terusan bernegosiasi melepas beberapa tahanan AS di Lebanon yang ditahan oleh milisi pro-Iran.

Saat itu, Israel melihat rezim Saddam Hussein di Irak sebagai ancaman lebih mematikan.

Tahun 1981, pesawat perang Israel mengebom reaktor nuklir Osirak milik Irak yang saat itu sedang dalam konstruksi seluas 17 kilometer di tenggara Baghdad.

Tahun 1989, media AS membeberkan jika Israel telah membeli 36 juta minyak Iran dalam perjanjian mencapai pelepasan tiga tentara Israel yang ditahan di Lebanon.

Baca Juga: Pembuka Perang Irak yang Menewaskan Ratusan Ribu Warga Sipil, Apa Tujuan Agresi Militer AS ke Irak Tahun 2003?

Program nuklir Iran dimulai

Pada pertengahan tahun 1990-an, Israel khawatir dengan asumsi jika Iran membangun senjata nuklir dengan bantuan Rusia.

Program itu sudah dimulai sebelumnya tapi terganggu dengan revolusi tahun 1979.

Israel diyakini banyak pihak memiliki senjata nuklir, tapi sejak mereka bersama India dan Pakistan bukan negara penandatangan Perjanjian Nonproliferasi (NPT) 1968, Israel tidak tunduk pada inspeksi.

Baca Juga: Amerika Ketar-ketir, Jika Terus Pedulikan Perang dengan China, Mereka Akan Kehilangan Sekutu Senjata Nuklir Kuat di Asia, Apa yang Mereka Lakukan?

Iran, sementara itu, penandatangan Perjanjian Nonproliferasi (NPT), menyebabkan mereka menjadi sasaran inspeksi oleh Dewan Internasional Energi Atom (IAEA).

Meskipun Iran terus menampik, Israel makin dapat menuding mereka membangun senjata nuklir.

Sejak saat itu ancaman nuklir Iran menjadi fokus utama oleh siapapun pemimpin Israel yang berkuasa.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait