Penulis
Intisari-Online.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Bidenbaru telah menyatakan keinginannya untuk kembali ke kesepakatan nuklir tahun 2015 silam.
Di manakesepakatan nuklir tahun 2015 itutelah dinegosiasikan dan ditandatangani oleh Barack Obama.
Kesepakatan nuklir yang bernama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA)itu menjadi perbicangan tak kala Donald Trump menarik AS pada 2018 lalu.
Trump secara sepihak menarik diri dari JCPOA dan menerapkan kembali sanksi ketat terhadap rezim di Teheran.
Bahkan Trump menuduh Iran mensponsori terorisme global.
Kini, setelah Trump lengser, sempat ada tarik ulur terkaitkesepakatan nuklir itu.
Tapi kini sepertinyaAS bersedia mencabut beberapa sanksinya terhadap Iran.
Itu sebagai imbalan bagi Iran yang setuju untuk memastikan bahwa program nuklirnya hanya dapat digunakan untuk tujuan sipil.
Berdasarkan ketentuan kesepakatan, Pemerintah Iran setuju untuk mengurangi cadangan uraniumnya sebesar 98 persen.
Dan untuk menjaga tingkat pengayaan uraniumnya pada tingkat 3,6 persen, jauh di bawah tingkat yang dibutuhkan untuk membuat bom.
Negaralain yang terlibat kesepakatan itu termasuk China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Uni Eropa.
Tapi kesediaan pemerintah Biden untuk terlibat kembali dengan Iran mendapat teguran keras dari Mike Pompeo.
Mantan Menteri Luar Negeri AS tersebut mengatakan bahwa Biden tidak belajar apa-apa dari kegagalan masa lalu.
Pompeo juga menyebut bahwa Biden mencoba menyuap Iran dengan uang.
Padahal kembalinya AS ke kesepakatan itu tidak akan mengarah pada dunia yang lebih damai dan tidak berbahaya.
Dia berargumen bahwa satu-satunya hal yang dipahami oleh Republik Islam itu adalah kekuasaan dan pencegahan.
"Sepertinya kita kembali ke awal gagasan,"ucap Pompeo seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (24/2/2021).
"Di mana pada dasarnya kita membuat para diktator di atas angin dan membuat merugikan Amerika."
"Kita seperti berusaha menyuap mereka untukmembuat damai."
"Padahal itu sama sekali tidak akan terjadi. Anda akan melihat bahwaserangan dan teror akan terus berlanjut."
UcapanPompeo tak lama setelahDepartemen Luar Negeri mengonfirmasi akan berupaya membuka kembali pembicaraan dengan Iran.
Ini terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS yang baru Anthony Blinken mengadakan pertemuan dengan mitranya dari Inggris, Prancis, dan Jerman.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan: "Amerika Serikat akan menerima undangan dari Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk menghadiri pertemuan P5 + 1 dan Iran untuk membahas jalan diplomatik ke depan tentang program nuklir Iran."