Seiring es semakin surut, Kutub Utara telah digambarkan sebagai front baru sekaligus front terakhir.
Saat ini memang tidak terlihat tidak memiliki apa-apa, tapi Kutub Utara merupakan persimpangan penting untuk urusan ekonomi, lingkungan, politik dan kepentingan keamanan.
Jika memang para ahli benar terkait China dan Rusia sebagai ancaman kebebasan global dan demokrasi, dominansi mereka di Kutub Utara yang tidak terkalahkan mungkin jadi pemulai akhir dunia.
Panelis di Halifax International Security Forum termasuk Espen Barth Eide (Norwegia), mantan Menteri Pertahanan Norwegia dan saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Norwegia, Richard V. Spencer (AS) yang merupakan Sekretaris Angkatan Laut AS, Jenderal Terrence O'Shaughnessy (AS yang merupakan Komandan NORAD dan USNORTHCOM, serta pensiunan Mayor Jenderal Tammy Harris (Kanada) yang juga mantan Komandan Deputi Angkatan Udara Tentara Kerajaan Kanada.
'Peran' China di Kutub Utara
Meskipun China bukan negara yang terlibat dalam Kutub Utara, mereka merupakan investor terbesar di wilayah itu.
Mereka lakukan operasi pemecah es lebih banyak daripada AS.
Mereka telah bekerja sama dengan negara-negara di Kutub Utara untuk lakukan penelitian kutub dan mereka juga libatkan ekonomi dalam perkembangan Kutub Utara.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR