Advertorial

Tak Cukup Hanya Kuasai Laut China Selatan, China Ternyata Sangat Ingin Menguasai Kutub Utara, Hal Inilah yang Membuat China Begitu Tergiur Ingin Kuasai Kutub Utara

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Pada 2018, sebuah badan pemerintah China merilis kebijakan Arktik China, yang menguraikan bagaimana BRI bisa dilakukan di Arktik.
Pada 2018, sebuah badan pemerintah China merilis kebijakan Arktik China, yang menguraikan bagaimana BRI bisa dilakukan di Arktik.

Intisari-online.com - Seperti yang saat ini banyak orang tahu China memang sedang berusaha mengambil alih Laut China Selatan.

Hal itupun mengundang konfrontasi dari banyak negara di dunia, termasuk Amerika yang juga turun tangan kirim pasukan militernya untuk melakukan aktivitas China di Laut China Selatan.

Rupanya ambisi China tak cukup hanya menguasai Laut China Selatan.

Menurut Quartz, ternyata China juga menginginkan Kutub Utara sebagai salah satu jalur sutera.

Baca Juga: Mengaku Punya Tanggung Jawab Memimpin Negara Pasifik, AS Tantang China, Menhan AS: Kami Tak Akan Mundur Sedikit pun dari Pasifik

Tahun 2013, Presiden China Xi Jinping Belt and Road Initiatve (BRI), untuk proyek pembangunan infrastruktur ambisius yang mencakup sebagian besar Eurasia, berbagai lautan dan Afrika.

Pada saat itu masih sedikit, bagaimana Arktik bisa masuk ke rencana ambisius Beijing tersebut.

Tetapi saat ini masalah itu masalahnya sudah mulai fokus, China benar-benar menjadikan wilayah kutub itu menjadi salah satu bagian dari proyek ambisiusnya.

Pada 2018, sebuah badan pemerintah China merilis kebijakan Arktik China, yang menguraikan bagaimana BRI bisa dilakukan di Arktik.

Baca Juga: Ada 268 Juta Penduduk Indonesia, Hanya 15 Juta Pasien yang Bisa Dapat Vaksin Covid-19 di Akhir Tahun 2020, 'Itu Vaksin dari UEA dan China'

Dalam surat kabar itu, China mendorong pengembangnya untuk membangun infrastruktur di sepanjang Arktik, dan perusahaan pelayarannya untuk uji coba melalui laut.

Rute pengiriman akanbertambahjumlahnya, dan di sepanjang jalur itu China akan memfasilitasikemajuan ekonomi dan sosial.

Makalah itu juga menekankan bahwa China memiliki "kepentingan bersama" dengan negara-negara Arktik.

Dengan bahasa yang ramah tersebut China mencoba merayu sebagai upaya memuluskan agenda BRI.

Pada kenyataannya, perusahaan China mendapat manfaat paling banyak dari proyek:

Dari semua kontraktor yang berpartisipasi dalam proyek BRI yang didanai China, 89% adalah perusahaan China, 7,6% lokal, dan 3,4% asing,.

Menurutlaporan terbaruoleh Center for Studi Strategis dan Internasional, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Washington, DC.

Baca Juga: Berulang Kali Diperingatkan untuk Tidak Sembarangan di Wilayah Orang, Kapal China Ngeyel Berkali-kali Masuki Wilayah Laut Negara Amerika Ini dan Keruk Kekayaan Lautnya

Sama seperti proyek BRI di tempat lain, proyek di Kutub Utara terutama akan bermanfaat bagi perusahaan China dan memperluas pengaruh ekonomi dan politik Beijing.

Salah satu bagian dari makalah ini berfokus pada bagaimana China dapat menggunakan sumber daya Arktik, termasuk bahan bakar dan perikanan

Dengan "dasar hukum dan masuk akal," mengingatkan perselisihan Beijing dengan hukum internasional di Laut China Selatan yang diperebutkan.

Di mana China secara terang-terangan berupaya mengusasi Laut China Selatan.

Sementara itu, untuk memuluskan agenda BRI di Arktik, China tidak bisa menghindari kerja sama dengan Rusia, yang berbatasan langsung dengan Arktik.

Xi Jinping mendesak kerja sama dengan Rusia untuk mendapat akses Jalur Sutera di atas es di sepanjang Arktik Rusia.

Baca Juga: Meluncurkan 'Pembunuh yang Hancurkan Kapal Induk Amerika' di depan Mata Pesawat AS, China Melakukan Kesalahan Besar?

Pada 2016, Silk Road Fund milik negara China (bagian dari BRI) menyelesaikan kesepakatan untuk membeli 9,9% saham di pabrik gas alam cair di Arktik Rusia.

Pabrik yang terletak di Semenanjung Yamal mayoritas dimiliki produsen LNG Rusia Novatek.

China akan menjadi pelanggan utama untuk gas yang diproduksi dan China National Petroleum Corporation milik 20% saham di pabrik tersebut.

Meski demikian, China telah meningkatkan ekonomi lokal dan mendorong pelestarian budaya tradisional.

Lapland Finlandia melihat jumlah lonjakan turis China lebih dari 90% tahun 2016, penduduk asli Arktik mendapat manfaat dari kepentingan China di wilayah tersebut.

Artikel Terkait