Pantas Jumlahnya Tak Habis-habis, Ternyata Tiap Bulan Lahir 10.000 Teroris Baru, Penyebabnya Karena 'Perpustakan Online' Ini

Mentari DP

Penulis

Perpustakaan digital ini berisi lebih dari 90.000 file, dan diperkirakan didatangi 10.000 pengunjung unik tiap bulan.

Intisari-Online.com - Tentu kita masih mengingat bagaimana kejamnya aksi terorisme.

Tak heran, terorisme menjadi salah satu musuh seluruh negara di dunia.

Masalahnya adalah jumlah teroris terus bertambah. Kok bisa?

Ternyata salah satu koleksi materi online terbesar milik kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam atau ISIS telah ditemukan oleh sejumlah peneliti Institut Dialog Strategis (ISD).

Baca Juga: Polisi Konfirmasi Reza Artamevia Positif Sabu, TernyataIni Alasan Kenapa Artis Suka Pakai Narkoba, Khususnya Jenis Sabu

Perpustakaan digital ini berisi lebih dari 90.000 file, dan diperkirakan didatangi 10.000 pengunjung unik tiap bulan.

Para ahli mengatakan, perpustakaan ini menyediakan konten ekstremis di internet.

Tapi, perpustakaan ini sulit dihapus karena tempat penyimpanan data tidak hanya berada di satu tempat.

Dan meskipun otoritas anti-terorisme di Inggris dan Amerika telah diperingatkan mengenai koleksi data-data ini, tapi kenyataannya perpustakaan tersebut terus berkembang.

Baca Juga: Berawal dari Pesta Pernikahan, 1 Daerah di Lockdown, Ratusan Orang Terinfeksi Covid-19, Penularan Sampai ke Panti Jompo dan Narapidana di Penjara

"Teroris yang lebih baik"

Perpustakaan ini ditemukan setelah kematian Pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, pada Oktober 2019.

Pada saat itu, banyak unggahan di media sosial yang mendukung organisasi ini memuat sebuah tautan pendek.

Tautan ini menuntun para peneliti pada kumpulan dokumen-dokumen dan video-video dalam sembilan bahasa yang berbeda.

Di dalamnya mencakup rincian dari sejumlah serangan, termasuk kasus serangan bom di Manchester Arena pada 22 Mei 2017, di London pada 7 Juli 2005 dan Amerika Serikat pada 11 September 2001.

"[Perpustakaan ini memuat] semua hal yang kamu butuhkan untuk mengetahui perencanaan dan melancarkan sebuah serangan," kata Wakil Direktur ISD, Moustafa Ayad, yang menemukan arsip ISIS ini.

"Pada dasarnya hal-hal yang mengajarkan kamu cara menjadi seorang teroris yang lebih baik."

ISD memberi perpustakaan ini nama Tembolok Kekhalifahan.

Tembolok (cache-dalam istilah komputer) adalah tempat penyimpanan data sementara, yang ada di dalam perangkat gawai.

Selama berbulan-bulan para peneliti mempelajari bagaimana perpustakaan ini berkembang, bagaimana pengelolaannya, dan siapa saja pengunjungnya.

Datanya tersebar ke seluruh sistem yang tidak terpusat, bukan hanya pada satu server komputer.

Siapa pun dapat membagikan konten ke seluruh jaringan, lewat server yang berasal dari banyak lokasi.

Dan ini menghambat upaya apa pun untuk membuatnya menjadi offline.

Tapi selama Tembolok Kekhalifahan dalam kondisi hidup, ini membantu ISIS menyediakan sarana untuk terus menerus menyebarkan konten.

Baca Juga: Dua Kali Diciduk Polisi Karena Narkoba, Ini Alasan Reza Artamevia Dulu Lolos dari Jeratan Hukuman Penjara, Bagaimana dengan Kali Ini?

"Penyanyi pop"

Materi perpustakaan dimasukkan ke dalam halaman komentar media-sosial dan menyebar lewat akun robot."

Teknkik lainnya, menargetkan akun Twitter yang terkait dengan kalangan artis dan atlet.

Sebagai contoh, ISIS meretas sebuah akun penggemar penyanyi pop Justin Bieber dan menggunakannya untuk mempromosikan material dari tembolok.

Dalam kasus lainnya, kelompok ini menipu akun tim rugby di Inggris untuk mengikuti salah satu akunnya sendiri dengan menyamar sebagai seorang supporter.

"Mereka memahami bagaimana menyiasati platform, mereka memahami kekuatan dari konten yang terkandung di dalam Tembolok Kekhalifahan," kata Ayad.

Pengantin yang melarikan diri

Tidak semua konten tembolok berisi kekerasan.

Para pengunjung juga bisa mendapatkan filosofi ISIS, teks agama, dan versi propaganda tentang gaya hidup menjadi seorang ISIS.

Para peneliti mengatakan, hal ini meliputi materi-materi yang bakal disaksikan pengantin kabur seperti Shamima Begum.

Shamima adalah perempuan kelahiran Inggris yang bergabung dengan ISIS di Suriah pada usia 15 tahun.

Tapi pada 2019, ia ingin kembali ke Inggris dan menjadi perdebatan publik tentang penanganan jihadis yang pulang.

Sebagian besar yang tertarik ke Tembolok Kekhalifahan adalah pria berusaha 18 - 24 tahun di dunia Arab, dengan 40 persen lalu lintas berasal dari media sosial, kebanyakan via YouTube.

Baca Juga: Kabur dari Korea Utara Karena Tak Tahan Kelaparan dan Miskin, Hidup Pembelot Ini Justru Semakin Menderita, Diperkosa Penolongnya hingga Dijual ke Tempat Pelacuran

Kelompok ekstremis

ISD juga menemukan, Tembolok Kekhalifahan tidaklah unik.

Ada tempat-tempat penyimpanan kecil yang dimiliki kelompok ekstremis lain, banyak juga di antaranya menggunakan platform terdesentralisasi.

"Daya pikat bagi para jihadis pada platform ini adalah bahwa para pengembang platform yang terdesentralisasi ini."

"Tak punya cara melawan konten yang disimpan pada server yang dioperasikan pengguna."

"Atau konten yang dibagikan di seluruh jaringan pengguna yang tersebar," kata spesialis senior jihadi BBC Monitoring Mina Al -Lami.

"Ini semua benar-benar tentang privasi, kebebasan dan enskripsi. "

"Itulah yang menjadi daya tarik para jihadis."

Para peneliti telah memberi tahu Kantor Pengacara AS di Distrik Timur New York yang menyelidiki kasus-kasus kontra-terorisme, serta Kepolisian New York.

Otoritas di New York belum berkomentar.

Tapi Kepolisian New York mengakui telah menerima saran dan mengatakan hal ini sedang dikaji oleh petugas khusus.

(Ardi Priyatno Utomo)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Perpustakaan Online Raksasa Milik ISIS Ditemukan, Apa Saja Isinya?")

Baca Juga: 23 Tahun yang Lalu, Pemakaman Putri Diana Disaksikan 2,5 Miliar Orang di Seluruh Dunia, Jutaan Bunga Menggunung di Depan Kerajaan Inggris

Artikel Terkait