Orang awam mengistilahkan karies sebagai gigi berlubang atau gigi keropos.
Sebenarnya lubang terjadi karena proses perusakan demineralisasi email dan dentin gigi gara-gara kebersihan mulut tak terjaga.
Dari berbagai penelitian diketahui Streptococcus mutans (S. mutans) merupakan agen penyebab karies yang paling sering ditemukan.
Interaksi S.mutans pada permukaan gigi menyebabkan proses demineralisasi email (lapisan luar gigi yang bisa dilihat).
Masalahnya, kalau proses ini terus terulang dengan cepat dan tidak seimbang dengan proses remineralisasi, maka yang “kalah” adalah gigi.
Muncullah lubang.
Baca Juga : Ditemukan di Indonesia, Spesies Kera Purba Ini Punya Gigi yang Sangat Unik
Sudah ada dokter gigi
Karies sebenarnya bukan penyakit modern.
Bukti arkeologis menunjukkan, sejak zaman prasejarah dia sudah eksis.
Bahkan pada sebuah tengkorak yang diperkirakan umurnya satu juta tahun, sudah terdapat karies.
Bukti-bukti lain semakin memperjelas keberadaan penyakit ini di masa lampau.
Rangka manusia Kabwe dari Zambia berusia 100.000 tahun juga menunjukkan adanya karies dan penyakit periodontal pada sisa gigi-geliginya.
Penelitian tentang karies paling awal ditemukan pada kubur manusia yang diekskavasi di Gua Grotte des Pigeons, Maroko berusia sekitar 15.000 tahun.
Begitu pula dengan di Jepang.
Setelah itu, penelitian tentang karies semakin marak.
Bahkan bukan hanya penyakitnya, namun ditemukan juga upaya perawatan dengan penambalan gigi pada kerangka manusia 13.000 tahun di situs Riparo Fredian, Italia.
Bayangkan, pada masa itu sudah ada praktik dokter gigi!
Di Asia Tenggara, karies ditemukan pada sisa rangka manusia di Gua Ille, Palawan, Filipina.
Baca Juga : Masih Kerabat Hobbit Flores, Ditemukan Spesies Manusia Purba Filipina, Ini Ciri Keduanya
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR