Bila dibandingkan, karies yang terjadi di zaman prasejarah dengan masa kini, terjadi peningkatan signifikan.
Padahal pada masa itu, belum banyak ditemukan cara penanggulanggannya.
Belum ada dokter gigi serta alat-alat pembersih gigi dan mulut seperti sekarang.
Meningkatnya prevalensi karies juga dipengaruhi kebiasaan menyikat gigi yang salah dan masalah perawatan gigi.
Data dari Riskedas, orang Indonesia yang benar dalam menyikat gigi hanya sekitar 2,3 %.
Dari 25,9 % jumlah penduduk yang gigi dan mulutnya bermasalah, hanya sekitar 31,1% yang mendapat perawatan.
Baca Juga : Hati-hati, Sikat Gigi Usai Makan Ternyata Bisa Sebabkan Gigi Berlubang
Hanya sekitar 8,1 % yang mendapat perawatan dan kemudian berhasil sembuh.
Data itu bisa berarti, masyarakat Indonesia kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Padahal dampak dari masalah kesehatan gigi dan mulut bisa berkembang ke penyakit lain, karena mulut merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar.
Bagi manusia yang hidup di zaman prasejarah, wajar saja mengalami karies karena kondisi lingkungan hidup mereka yang menyatu dengan alam dan pola hidup yang belum mengetahui pentingnya kesehatan.
Tetapi, manusia modern yang memiliki segala informasi dan akses untuk hidup sehat, bahkan bisa mendapat makanan yang sehat tanpa harus berjuang hidup mati seperti leluhurnya dulu, masih saja mengalami penyakit karies.
Sungguh ironis bila kita melihat perbedaan pola hidup dan waktu masa hidup manusia zaman dulu dan sekarang namun masih mengalami penyakit yang sama.
Padahal sebuah pepatah mengatakan kesehatan gigi dan mulut adalah cermin dari kesehatan tubuh.
Bagaimana dengan gigi dan mulut Anda? (Anita Tamu Ina)
Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul “Karies, Derita Warisan dari Nenek Moyang”
Baca Juga : Bukan Melulu Sikat Gigi, Coba 5 Cara Ini untuk Membersihkan Gigi Anda
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR