Nasibnya jauh lebih baik, P-8 bahkan terhindar dari tembakan dan bisa berlabuh di tanjung Indramayu.
Letnan Samadikoen kemudian memerintahkan kapal, yang terbakar hebat, untuk bergerak mendekati posisi musuh.
Saat itulah Perwira Altileri Gadjah Mada Letnan Satu Ahmad Zein, mulai menembakkan mitraliur berat 12,7mm-nya secara gencar.
Manuver Gadjah Mada tersebut dipandang membahayakan Kortenaer, sehingga Komandan Kapal G.B. Fortuyn memerintahkan untuk menghabisinya dengan tembakan salvo
Tembakan salvo mengenai Gadjah Mada namun belum tenggelam. Para ABK Gadjah Mada, kecuali Samadikoen, berlompatan ke laut.
Samadikoen dengan mitraliur 12,7-nya, terus melakukan perlawanan hingga titik darah yang terakhir.
Namun tembakan salvo Kortenaer berikutnya tepat mengenai anjungan.
Samadikoen terkena pecahan peluru meriam yang menyebabkan tangan kirinya putus dan mukanya hangus.
Ia gugur, jasadnya terlempar ke laut. Akhirnya RI Gadjah Mada tenggelam pada posisi 3 mil arah timur laut Pantai Gunung Jati.
Selain Letnan Samadikoen, empat orang ABK Gadjah Mada lainnya juga gugur.
Pertempuran ini juga mengakibatkan 17 ABK ditawan Belanda, sementara seorang lainnya berhasil meloloskan diri dan selamat tiba kembali ke pangkalan.
Jenazah Samadikoen ditemukan nelayan pada 6 Januari 1947 sekitar pukul 11.30 dan esoknya dimakamkan di pemakaman Kosambi dengan upacara kemiliteran.
Pada tahun 1950 pemerintah setempat memindahkan Samadikoen ke Taman Makam Pahlawan Kesenden Cirebon.
(Baca juga: Jet Tempur F-15 C Ini Patah Jadi Dua Saat Terbang, Begini Nasib Pilotnya)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR