Advertorial
Intisari-Online.com - Menjelang PD II meletus petinggi AL Nazi Jerman, Laksamana Doenitz, telah menyiapkan “kapal hantu” yang sangat efektif bernama Admiral Graf Spee.
Tujuannya adalah untuk menghancurkan kapal-kapal dagang Sekutu.
Sebagai alat tempur Admiral Graf Spee merupakan kapal perang berukuran kecil tapi mematikan karena bersenjatakan sejumlah meriam kaliber besar (5,9 inchi).
Kapal perang ini rencananya akan dikirim ke tengah Lautan Atlantik Utara sebelum perang diumumkan.
(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)
Oleh karena itu menjelang perang meletus, Graf Spee sudah bersiap di tengah lautan.
Saat itu musuh sama sekali belum mengetahui keberadaannya.
Dalam kondisi yang menguntungkan tersebut Graf Spee melakukan penyergapan terhadap kapal-kapal dagang Sekutu.
Taktik yang digelar oleh Admiral Doenitz itu ternyata berjalan sesuai rencana.
Secara fisik, Graf Spee tidak dibuat seperti kapal perang. Melainkan menyerupai kapal dagang umumnya.
Ini sesuai dengan fungsi Graf Spee. Yakni sebagai kapal tempur yang digunakan untuk kepentingan menjebak, menyergap dan sekaligus mengelabuhi musuh.
Cat badan Graf Spee yang berlapis baja tebal sengaja diberi warna abu-abu.
Sehingga ketika berada di tengah laut Graf Spee betul-betul tidak kelihatan. Alias seperti kapal hantu. Apalagi di malam hari.
(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)
Nama dan bendera kapal bahkan sering diganti. Sehingga ketika mendekati sasaran, Graf Spee tidak dianggap sebagai lawan.
Nama dan bendera kembali diubah ke bendera sebenarnya saat Graf Spee sudah berada dalam jarak tembak.
Barulah kemudian Graf Spee “menodong” kapal musuh agar menyerah.
Setelah awak kapal yang menjadi sasaran menyerah, mereka diangkut ke Graf Spee sebagai tawanan.
Sementara sejumlah meriam 5,9 inchi Graf Spee segera menghajar mangsanya.
Tawanan Graf Spee kemudian dipindahkan ke Altmark. Kapal logistik ini juga berfungsi sebagai “penadah” muatan kapal korban Graf Spee.
Ulah Garf Spee baru ketahuan setelah seorang awak kapal Inggris bernama Clement, berhasil lolos.
Ia memberitahukan apa yang ia ketahui kepada pemerintah Inggris. Alhasil perburuan besar-besaran untuk mencari Graf Spee pun digelar.
Sebanyak delapan rombongan kapal perang Inggris dikerahkan untuk memburu Graf Spee.
Setelah mencari selama berhari-hari hingga Frustasi, tiga kapal penjelajah berat Inggris, Exeter, Ajax, dan Archilles akhirnya berhasil memergoki Graf Spee.
Kendati komandan tiga kapal itu, Komodor Harwood, merasa tak mampu melawan, Graf Spee tetap harus diserang.
Pertempuran sengit satu lawan tiga pun berkobar.
Dalam babak pertama, Exeter rusak parah terhantam meriam Graf Spee.
Babak kedua, Ajax mendapat giliran. Dua menara komandonya hancur.
Setelah bertempur dalam keadaan tak imbang, akhirnya kapal-kapal Inggris memilih mundur.
Sewaktu melihat armada Inggris yang sudah terseok-seok itu mundur, Graf Spee justru tidak meneruskan peperangan melainkan memacu mesinnya dan ikut-ikutan kabur.
Tujuannya adalah pantai Uruguay. Saat itu Uruguay merupakan negara netral.
Sampai di sana komandan Graf Spee, Kapten Hans Langsdorff mengontak Hitler dan Kepala Staf AL Nazi Jerman Laksamana Erich Raeder.
Di luar dugaan, Hitler memerintahkan Langsdorff untuk menghancurkan Graf Spee.
Alasannya, Hitler tak mau Graf Spee sampai ditawan.
Sedangkan Inggris melalui diplomat-diplomatnya berusaha menahan Graf Spee selama mungkin di Uruguay.
Keputusan Hitler membuat Langsdorff putus asa.
Pasalnya, sudah tak mungkin lagi bagi Graf Spee untuk melarikan diri mengingat sepanjang garis pantai sudah dikepung AL Inggris.
Akhirnya daripada jatuh ke tangan musuh Admiral Graf Spee diledakkan oleh awaknya sendiri.
Langsdorff belakangan memilih bunuh diri dengan menembakkan pistol di kepalanya.
Tindakan ini terpaksa ia lakukan karena merasa dikalahkan oleh Inggris secara politik.
(Baca juga: Pantas Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest Terlihat Memilukan, Ternyata 13 Hal Ini Yang Terjadi)