Kualitas air di Petirtaan Jolotundo disebut terbaik kedua setelah air zam zam. Tiga penelitian membuktikannya.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Beberapa kalangan menyebut air Petirtaan Jolotundo berkhasiat. Ada yang bilang, airnya bisa mengencangkan kulit dan membuat wanita semakin cantik. Ada juga yang bilang bahwa airnya bisa untuk menyembuhkan peyakit.
Tak sebatas dongeng. Beberapa peneliti ternyata telah membuktikan kualias air Petirtaan Jolotundo. Bahkan ada yang menyebut kualitasnya terbaik kedua di dunia setelah air zam zam.
Mengutip Kompas.com, Petirtaan Jolotundo atau Candi Jolotundo adalah bangunan pemandian peninggalan Raja Udayana dari Bali. Petirtaan itu diperuntukan bagi Raja Airlangga, puteranya, setelah dinobatkan menjadi raja.
Petirtaan Jolotundo terletak di ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut, di lereng Bukit Bekel, lereng barat Gunung Penanggungan, gunung suci bagi umat Hindu aliran Siwa. Dari gunung, air dialirkan melalui jaringan bawah tanah menuju Candi Jolotundo.
Pemandian ini punya sendang atau tempat air berdindingkan batu yang berada di sisi kanan dan kirinya, luasnya sekitar 2x2 meter. Air di petirtaan tersebut keluar dari lubang di tengah batu dinding di sisi timur. Sementara di tengah ada kolam bertingkat, dan di bawahnya terdapat kolam berukuran sekitar 6x8 yang dipenuhi banyak ikan. Pada malam-malam tertentu, Petirtaan Jolotundo dikunjungi banyak peziarah untuk melakukan ritual-ritual khusus.
Petirtaan Jolotundo adalah situs peninggalan Kerajaan Medang atau yang kerap kita kenal sebagai Mataram Kuno periode Jawa Timur. Lokasinya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Menurut para ahli, tempat ini dulunya adalah tempat para resi (orang suci dalam agama Hindu) menyucikan diri. Setelah Kerajaan Medang runtuh pada abad ke-11, Petirtaan Jolotundo diyakini masih terus digunakan hingga periode Kerajaan Majapahit (1293-1527).
Untuk tahu bagaimana asal-usul situs ini kita bisa melihat inskripsi yang terpahat pada dinding maupun dari relief petirtaan yang menghiasinya. Di situ diketahui bahwa situs ini dibangun pada 899 Saka atau 977 Masehi, ketika Medang diperintah oleh putri Mpu Sindok, Sri Isyana Tunggawijaya bersama suaminya, Sri Lokapala.
Nama Petirtaan Jolotundo berasal dari gabungan dua kata: Petirtaan dan Jolotundo. Petirtaan berasal dari kata dasar "tirta" yang artinya air -- dalam hal ini bermakna air suci, sementara Jolotundo terbentuk dari kata "jala" yang artinya air, dan "tunda" yang berarti tingkat.
Jadi,Petirtaan Jolotundo artinya adalah tempat menyucikan diri di mana airnya keluar dari pancuran bertingkat. Menurut situs Kemdikbud, berdasarkan penelitian Stuterheim di petirtaan ini dulunya terdapat pancuran yang berasal dari teras kedua.
Jika melihat letaknya yang berada di wilayah kaki Gunung Penanggungan, para ahli menduga bahwa Petirtaan Jolotundo dulunya merupakan tempat para resi (orang suci dalam agama Hindu) menyucikan diri. Dugaan ini diperkuat dengan temuan pahatan kata "gempeng", yang dapat diartikan melebur dosa-dosa dan kesalahan.
Selain itu, pada zaman kuno daerah Gunung Penanggungan dikenal sebagai kawasan para resi melakukan ritual pemujaan.
Kerajaan Medang kemudian runtuh pada abad ke-11. Meski begitu, Petirtaan Jolotundo masih terus difungsikan hingga zaman Kerajaan Majapahit (1293-1527). Saat ini, Petirtaan Jolotundo menjadi salah satu lokasi wisata di Mojokerto yang dikunjungi masyarakat.
Petirtaan Jolotundo memiliki dasar bangunan persegi berukuran sekitar 18,1 meter x 12,5 meter. Di ketiga sisinya berdiri dinding berbahan bebatuan andesit, yang sebagian dihias pahatan relief. Petirtaan Jolotundo memiliki 16 buah relief cerita yang berawal di sudut timur laut bilik tengah.
Relierf di Petirtaan Jolotundo menceritakan tentang kisah kelahiran Udayana dalam cerita Kathasaritsagara. Di Indonesia, terdapat tokoh bernama Udayana dari Bali, yang menikah dengan Mahendradatta atau Gunapriyadharmapatni dari Jawa.
Gunapriyadharmapatni adalah putri dari raja Medang, Sri Makutawangsawardhan, anak dari Sri Isyana Tunggawijaya. Oleh para ahli, relief di Petirtaan Jolotundo dikaitkan dengan kisah Udayana dari Bali yang memantapkan kedudukannya dengan menikahi Gunapriyadharmapatni. Keduanya adalah orangtuaAirlangga yang kelak mendirikan Kerajaan Kahuripan dan menurunkan raja-raja Kerajaan Kediri.
Air Petirtaan Jolotundo kaya mineral
Kualitas air diPetirtaan Jolotundo disebut yang terbaik nomor dunia di dunia setelah air zam zam, berdasarkan tiga buah penelitian. Penelitian pertama dilakukan pada 1984 oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan, lalu kemudian diikuti pada 1991 oleh tim arkeologi Indonesia-Belanda dan pada 1994 oleh Ikatan Dokter Indonesia Pusat.
Tak hanya itu, air di Petirtaan Jolotundo juga tak pernah habis walau musim kemarau. Kenapa airnya disebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia karena mengandungmineral yang tinggi. Barangkali karena itulah ia "berkhasiat".
Mengutip situs Itc.ac.id, Petirtaan Jolotundo mengandung mineral yang tinggi. Walau dibangun sejak abad 10, tapi kejernihan, kadar murni, dan kualitas airnya tetap terjaga hingga sekarang.
Masih dari sumber yang sama, berdasarkan penelitian terkait konservasi air pada zaman Mataram Kuno, Petirtaan Jolotundo menggunakan teknologi akuifer. Akuifer adalah suatu batuan atau formasi yang memiliki kemampuan menyimpan dan mengalirkan air tanah dengan jumlah yang berarti.
Untuk dapat berfungsi sebagai akuifer, suatu batuan harus berpori atau berongga yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat menyimpan dan membiarkan air bergerak dari rongga ke rongga. "Bebatuan candi di Petirtaan Jolotundo memiliki syarat tersebut," tulis Its.ac.id.