Advertorial
Intisari-Online.com - Sebagai prajurit tempur di satuan 1st Bavarian Infantry Regiment, Karl Hans Maximilian von Le Suire telah menunjukkan keberaniannya dalam PD I.
Dalam pertempuran di Front Perancis, khususnya dalam pertempuran parit, Karl Hans dikenal sebagai sosok prajurit berani mati.
Tapi keberaniannya bertempur di medan laga harus dibayar Karl Hans dengan luka berat yag dialami dan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama empat bulan.
Pasca PD I, Karl Hans tetap melanjutkan karir militernya dan bergabung dengan militer Jerman yang saat itu sedang tumbuh pesat.
(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)
Ketika bergabung dengan militer Nazi Jerman dan mulai terjun di PD II, Karl Hans yang berpangkat Oberstleutnant menjadi staf kepercayaan Jenderal Franz Bohme komandan 30th Infantry Division.
Keterampilan bertempur Karl Hans di PD I pun muncul lagi dan menimbulkan kekaguman diantara para sejawatnya.
Berkat prestasi tempurnya yang tidak bercela, pada bulan Juni 1942, Karl Hans dipercaya memegang jabatan komando, Kepala Staf Mountain Corps Norway.
Darah sebagai prajurit Bavaria yang telah akrab dengan daerah pegunungan membuat karir Karl Hans cepat menanjak.
Setahun kemudian karir Karl Hans terus naik dan menjabat komandan pasukan gunung, German 117th Jager Divisionand.
Sebagai komandan tempur yang cakap dan tegas, Karl Hans ternyata merupakan jenderal yang tidak segan-segan memerintahkan operasi pembersihan.
Ia bahkan dikenal sebagai jenderal yang hobi membantai tawanan perang meskipun sudah menyerah.
Operasi tempur yang penuh kekejaman itu kemudian terkenal dengan operasi militernya yang bersimbah darah, Operation Calavryta.
(Baca juga: Jet Tempur F-15 C Ini Patah Jadi Dua Saat Terbang, Begini Nasib Pilotnya)
Operasi tempur yang berlangsung di Yunani itu bertujuan menumpas kaum gerilyawan di pegunungan Kalavryta melalui strategi tempur pagar betis.
Selama beberapa hari terjadi pertempuran sengit di pegunungan Kalavryta perlawanan yang diberikan kaum partisan ternyata sulit dipatahkan.
Serangan gerilya yang dilancarkan bahkan sering menimbulkan korban jiwa dan membuat pasukan Jerman frustasi.
Berkat kecerdasan dan kemampuan menguasai medan serta strategi tempur kaum partisan justru menunjukkan keunggulannya.
Sejumlah pasukan gunung Jerman berhasil ditewaskan dan 77 personel lainnya berhasil ditawan.
Sebagai komandan Karl Hans berkali-kali memerintahkan agar pasukannya yang ditawan dibebaskan atau pasukan Jerman akan melancarkan operasi pembersihan.
Tapi kaum partisan rupanya tidak menggubris ancaman Karl Hans.
Setelah melalui sejumlah interogasi, gerilyawan Yunani yang telah demikian lama diburu-buru pasukan Jerman dan sering diperlakukan seperti binatang akhirnya mengeksekusi ke 77 tawanan tersebut.
Tindakan eksekusi itu segera menimbulkan kegemparan sekaligus ketakutan para penduduk yang tinggal di sekitar kawasan Kalavryta.
Akibat eksekusi yang dialami anak buahnya. Karl Hans murka dan memerintahkan pasukannya untuk membunuh siapa saja orang dewasa yang ditemukan di lokasi seputar kawasan Mezeika dan Kalavryta.
Pasukan gunung Nazi yang selama ini dikenal sebagai prajurit yang riang tiba-tiba berubah jadi prajurit yang brutal.
Dengan persenjataan yang lengkap mereka segera melancarkan operasi bumi hangus.
Akibat operasi balas dendam itu 1.200 warga sipil terbunuh, 1.000 rumah dihancurkan dan dibakar, ribuan binatang ternak disita.
Peristiwa pembantaian membabi buta itu kemudian dikenal sebagai Massacre of Kalavryta.
Kekejaman dan diperintahkan oleh Karl Hans justru membuat karir militernya makin menanjak dan sering mendapat kenaikan pangkat.
Pada tahun 1944, ketika pasukan Nazi mulai terdesak di berbagai front, Karl Hans sempat menjabat sebagai komandan Panzer Corps dan kemudian menjabat lagi komandan XXXXIX Mountain Corps.
Kecakapan Karl Hans dalam memimpin pasukan panzer pun sama baiknya dengan kecakapannya saat memimpin pasukan gunung.
Sebagai General der Gebirgstruppe dan penyandang medali Knight Cross of The Iron Cross, Karl Hans terus menunjukkan semangat tempur tinggi.
Salah satu perintahnya yang terkenal adalah tetap pertahankan wilayah kendati mayat teman terus berjatuhan.
Namun, seiring makin terdesaknya pasukan Nazi di front Eropa Timur, Karl Hans yang masih gigih bertempur akhirnya tertangkap oleh pasukan Rusia dan kemudian dikirim ke kamp kerja paksa.
Pada bulan Juni 1954, Karl Hans yag masih ditawan di kamp kerja paksa Stalingrad meninggal dan dimakamkan di Unterwossen, Jerman.
(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)