Misteri Kematian Martin Bormann, Sekretaris Hitler yang Jasadnya Diburu Bak Setan

Ade Sulaeman

Penulis

Intisari-Online.com – 27 Tahun pejabat-pejabat negara dan penggemar sensasi pemburu setan di seluruh dunia: sekretris Hitler Martin Bormann orang kedua paling berkuasa setelah Fuehrer.

Tahun 1965 majalah Stern pernah mengemukakan bahwa Bormann sudah meninggal bulan Mei 1945, dan di mana ia telah dikubur. Namun sayang mayatnya tidak ditemukan.

Biarpun demikian legenda mengenai Bormann terus berkembang subur. Katanya ia sudah menjadi mata-mata Rusia, ada lagi yang mengatakan dia lari ke Argentina dengan membawa seluruh harta kekayaan SS.

Menjelang akhir tahun 1972 tengkoraknya telah tergali, secara kebetulan, tak jauh dari tempat Stern menggali 7 tahun sebelumnya. Dokumentasi cerita ini dari Jochen von Lang.

Baca juga: Sepenggal Kisah Spionase Nazi yang Menggunakan Penari Perut untuk Melancarkan Aksinya Sebagai Mata-mata

Terhalang benda keras

Mandor gali Willi Stein dan pembantunya Jens Friese sedang melakukan pekerjaan rutin. Antara setasiun Lehrter dan jalan Invaliden di Berlin Maobit mereka membuat galian untuk saluran air leiding baru.

Namun sebelumnya mereka sudah dipesan: Kalau ada tulang belulang harap secepat mungkin menghubungi insinyur Manfred Schattke dari perusahaan pembangunan.

Pada tanggal 7 Desember pukul 12.30 Willi Stein menyentuh sesuatu yang keras dengan alat keruk hidraulisnya kira-kira pada kedalaman 1 meter.

Baca juga: Inilah Kamp Konsentrasi Nazi Khusus Anak, Tempat 400 Ribu Anak DIpaksa Bekerja dan Berlatih

Mula-mula mandor Stein mengira itu hanya pipa lama, tetapi ia segera minta bantuan pembantunya Friese yang menggali dengan sekop biasa. Ternyata tengkorak dan beberapa tulang belulang.

Stein segera teringat pesanan yang aneh tadi dan berhenti menggali, untuk melaporkan penemuannya. Segera Insinyur Schattke memberi tahu kepala polisi Berlin Barat. Pukul 15.15 komisaris polisi Bland dengan komandan polisi Klaus Huebner muncul di tempat penggalian, tak jauh dari rumah mayat polisi kriminil.

Stein dan Friese heran ketika polisi datang untuk memotret tulang belulang itu. Bersama dengan rekannya Willi Harz mereka kemudian menggali tengkorak yang kedua. Letak kepalanya berlawanan dengan kepala mayat sebelumnya.

Para buruh akhirnya memasukkan penemuannya tersebut dalam keranjang plastik dan diserahkan ke rumah mayat melalui jendela. Pada salah satu tengkorak itu komisaris polisi Becker memasang label dengan tulisan : “Mayat nomer 24. Mungkin Bormann, Martin".

Ketika Jens Friese mengerti betapa pentingnya penemuannya ia meneguk isi sebuah botol bir, “Saya kira dia di Amerika Selatan". Komentar Willi Harz, 65. “Nasib seorang pemimpin negara suatu hari kok bisa sampai begitu.”

Bahwa mereka betul-betul telah berhasil menemukan pembantu Hitler terdekat, Martin Bormann, setelah 27 tahun dicari-cari, waktu itu masih merupakan tanda tanya. Dugaan pertama ialah berdasarkan pada berita dalam majalah Stern tahun 1965.

Pohon, tiga lain

Waktu itu reporter majalah Stern Jochen von Lang berbulan-bulan lamanya mengadakan penyelidikan dan mengadakan wawancara dengan orang-orang yang mengalami sendiri hari-hari terakhir dari perang.

Akhirnya ia sampai pada kesimpulan: Bormann sudah mati. Mayatnya telah dimakamkan di daerah bekas taman pameran nasional dekat setasiun Lehrter.

Baca juga: Hebat, Pria Asal Rusia Ini Jago Membunuh Puluhan Pasukan Nazi Hanya Dengan Menggunakan Kapak

Namun bukti terakhir tidak berhasil ditemukan. Penggalian di tempat yang ditunjuk seorang saksi tidak menghasilkan apa-apa. Waktu itu katanya makam tersebut dekat gerombolan tiga pohon.

Akibatnya pejabat-pejabat kejaksaan Frankfurt kembali berusaha untuk memburu setan Bormann di seluruh dunia. Siapa yang dapat menciptakan legenda Bormann baru, dapat mencetak duit dan oplah harian-harian naik.

Ketika mandor gali Willi Stein dengan alat keruknya menyentuh barang keras ia sudah 20 meter dari tempat di mana Stern 7 tahun berselang menggali. Tetapi juga dekat kelompok pohon tiga. Empat belas hari kemudian bukti bahwa itu betul tengkorak Bormann tambah kuat.

Menurut Stern 1965 Bormann lari bersama dengan dokter pribadi Hitler Dr. Ludwig Stumpfegger dari Berlin. Mereka makan racun berdua dan bersama. Stumfegger tingginya 1,90 meter sedangkan Bormann 1,68 meter.

Ketika tulang paha kedua mayat itu dibandingkan sudah jelas bahwa yang satu jauh lebih panjang dari yang lain.

Baca juga: Ketika yang Satu Musuh Nazi, Tapi yang Lainnya Justru Jadi Anggota Nazi, Inilah Hubungan Rumit Kerajaan Inggris dan Nazi

Berkat identifikasi

Karena itu identifikasi dari dokter merangkap perwira SS Stumpfegger tidak mengalami banyak kesulitan. Lagipula kejaksaan di Frankfurt juga memiliki cetakan gips dari gigi dokter pribadi Hitler seperti dari setiap perwira SS.

Ini semua disimpan dalam dinas rahasia negara. Cetakan rahang dan gigi tengkorak cocok persis.

Namun dari gigi Bormann hanya ada sketsanya yang dibuat oleh dokter gigi Hitler dan Bormann, Profesor Hugo Johannes Blaschke. Sketsa itu dibuat luar kepala ketika dokter gigi tersebut dalam tahanan Amerika.

Juga lukisan dan keterangan mengenai gigi Bormann cocok semua dengan tengkorak ke dua. Hanya ada satu hal yang tidak sama, yakni rahang bagian bawah tengkorak tersebut ada jembatan gigi palsu yang digambar Blaschke pada rahang atas.

Karena dokter gigi itu sudah meninggal tahun 1957 mereka hanya bisa tanya pada bekas tehniker gigi Fritz Echtmann. Echtmann yang berusia 59 tahun, yang membuat gigi palsu Bormann tersebut telah dipanggil ke Berlin dari Bensheim.

Baca juga: Dilarang Bersenda Gurau di Kamp Konsentrasi Nazi di Auschwitz, Membantah Bisa Berbahaya

Ahli tehnik tersebut rupanya yakin, “Betul ini hasil pekerjaan saya". Kata Echtmann pada Stein, “Semua cocok dengan sketsa Blaschke. Bahwa ia salah lukis rahang atas dan rahang bawah, memang bisa kalau digambar luar kepala. Saya sendiri yakin kalau itu tengkorak Bormann.”

Indikasi lebih lanjut ialah pecahan gelas yang ditemukan dalam tengkorak tersebut, yakni sisa kapsul racun cyaankali. Bukti terakhir: Tengkorak Bormann di atas kelopak mata kirinya ada kelainan. Di situ tangan kanan Hitler ini mempunyai parut bekas kecelakaan mobil hebat.

Lari cari selamat

Bagaimana pembantu Hitler terdekat selama tahun-tahun perang dunia II itu menemui ajalnya telah direkonstruir berdasarkan cerita-cerita dari saksi-saksi. Martin Bormann tanggal 1 Mei 1945 bersama pembantu-pembantu Hitler terdekat berada dalam bunker (lubang pelindungan) Fuehrer.

Hitler sendiri menembak diri sehari sebelumnya. Serdadu-serdadu tentara Merah sudah berada 200 meter dari gedung kanselir tersebut.

Selama Hitlerjungen (pemuda Hitler) dan "serdadu rakyat" masih mempertahankan daerah itu, kaum elite NS dalam lubang pelindungan sudah memikirkan mau melarikan diri atau bunuh diri.

Baca juga: Di Blok Maut Kamp Konsentrasi Nazi Ini Rambut Para Korban yang Tewas Dijadikan Bahan Tekstil, Sadis!

Pukul 16.30 Bormann memberi perintah untuk melarikan diri. Menteri propaganda Dr. Joseph Goebbels tidak mau ikut. Setengah jam kemudian Magda Goebbels memberi laporan: "Sudah beres".

Ia telah meracuni ke enam anaknya. Kemudian Bormann mengajak beberapa penghuni bunker lain minum kopi : Mari kita minum bersama seperti dulu sering kita lakukan dalam jaman perang.

Menjelang pukul 8 malam Ny. Goebbels minta diri: "Anak anak kami sudah menjadi malaikat. Kami akan menyusul".

Martin Borman mengenakan mantel kulit di atas uniform jendralnya dan membagi-bagi penghuni bunker menjadi beberapa kelompok. Hampir pukul 22.00 Bormann bersama kelompoknya keluar menuju ke setasiun di jalan Friedrich.

Mereka sampai di jembatan Weidendam. Di belakang jembatan itu sudah ada barikade panser yang masih mempertahankan jalan masuk Spree.

Baca juga: Kisah Menara Kematian Nazi yang Mematikan Sekaligus Nyaris Tak Bisa Dihancurkan

Tidak boleh ikut "Macan"

Serdadu-serdadu Sovyet mengambil tempat dalam puing-puing rumah dan menembak terus menerus. Empat meriam Jerman menembak kembali. Sebuah meriam lain bungkam karena tertembak.

Kelompok kecil pejuang Jerman dengan mobil panser biasa dan panser pengintai mencoba untuk menerobos rintangan itu. Bormann ingin ikut dengan salah satu panser Macan. Komandannya menolak. Panser itu penuh dengan orang-orang yang cedera.

Kemudian Bormann bersama rekannya berusaha untuk menerobosdengan dekking panser. Di belakang jembatan Weidendam "Macannya" tertembak.

Salah satu dari kelompok itu yang masih hidup, bekas sopir Hitler Kempka, kemudian menceritakan: Di tempat Martin Bormann berada, tiba-tiba timbul nyala api. Menurut dia, sebelum kehilangah akalnya, ia telah melihat Bormann sedang mencari selamat. Juga dia mengira bahwa Bormann sudah mati.

Seorang saksi lain, bekas pemimpin pemuda Artur Axmann juga ketemu dia beberapa menit kemudian. Ia masih segar bugar dalam sebuah tempat pelindungan. Waktu itu ia ditemani Dr. Stumpfegger, sekretaris jendral propaganda Dr. Naumann, Ajudan Goebbels Schwagermann dan ajudan Axmann, Weltzin.

Baca juga: Kisah Menara Kematian Nazi yang Mematikan Sekaligus Nyaris Tak Bisa Dihancurkan

Mereka sedang membicarakan siasat. Bormann mengatakan bahwa ia mau ke Ploen untuk melaporkan diri pada pengganti Hitler, admiral agung Doenitz. Ia bersama kelompoknya menuju ke arah setasiun di jalan Friedrich.

Di situ mereka naik jalur ril. Bormann melepaskan tanda-tanda pangkat dari uniformnya. Ia jalan depan sekali mengepalai kelompok menyusuri jembatan Spree. Di setasiun Lehrter mereka diberondong dari rumah-rumah sekitarnya.

Setasiun sudah diduduki orang Russia. Melalui semacam luncuran besi mereka sampai pada dinding rendah langsung turun ke jalan. Di situ mereka disambut oleh serdadu Russia yang semula berdiri di bawah jembatan.

Seorang serdadu merah menyatakan: "Hitler kaputt, Krieg aus" (Hitler jatuh, perang berakhir). Mereka memberi rokok pada pria-pria yang dikira anggota serdadu rakyat.

Bormann dan. Dr. Stumpfegger malahan langsung lari ke arah jalan Invaliden. Orang-orang Russia itu memberi isyarat-isyarat tangan dan meneriakkan sesuatu, tetapi mereka dibiarkan lari begitu saja. Mereka hanya sampai di jembatan dekat setasiun Lehrter.

Dari segala jurusan mereka ditembaki. Dua orang yang tidak pernah perang itu tidak melihat jalan keluar. Mereka menggigit kapsul cyaankalinya.

Baca juga: Fuhrer Bunker, Tempat Hitler dan Eva Braun Menikah Lalu Bunuh Diri

Pakaian dalamnya bagus

Menjelang pukul 4 pagi orang Russia membiarkan orang-orang lain anggota kelompok Bormann lewat. Axmann dan ajudannya berdua melintasi jalan Invalide menuju ke arah Barat ke Moabit.

Kemudian karena mendengar menderunya panser mereka kembali ke jembatan melalui ril ke setasiun Lehrter. Di situ mereka melihat dua orang tergeletak: Martin Bormann dan Dr. Stumpfegger.

Kata Axmann pada Stern: Kesalahan tentu mungkin terjadi, tetapi muka mereka jelas dapat dikenali. Mereka berbaring tengkurap. Tangan dan kakinya letaknya agak merentang. Pada kedua jenasah tidak ditemukan cedera sedikitpun.

Saksi lain yang melihat kedua mayat ialah Herbert Seidel. la waktu itu berusia 15 tahun dan pada tanggal 3 atau 4 Mei jalan-jalan di jalan Invaliden menuju ke setasiun Lehrter. Di sebelah kiri jembatan ia melihat dua jenasah. Satu lebih besar dari yang lain.

Mereka dua-duanya mengenakan pakaian seragam perwira tanpa tanda pangkat. Mantel, celana dan sepatu boot sudah tidak ada.

Baca juga: Eva Braun: Meski Membunuh Banyak Jiwa tapi Hitler Sangat Mencintai Anak-anak

Seorang saksi lain yang melihat jenasahnya tak lama kemudian ialah tukang membuat alat-alat Willy Stelse. Ia waktu itu sedang menuju ke pabrik Solex di setasiun Lehrter untuk memberes-bereskan.

Seperti Seidel ia juga heran bahwa jenasah-jenasah itu tidak cedera dan rupanya mengenakan pakaian dalam yang mahal sekali.

Baku catatannya di arsip Moskou

Dalam pabrik Solex kemudian muncul pakaian-pakaian yang hilang itu, yakni mantel kulit Bormann, dipakai seorang buruh Perancis dan katanya ia telah menemukannya di jalan Invaliden.

Dalam salah satu kantongnya ia menemukan sebuah buku dan menyerahkannya pada mandornya Ott. Ternyata itu buku harian Bormann. Ott menyerahkan catatan Bormann tersebut pada seorang bekas komunis Kurt Kolander, yang kemudian menyerahkan pada komandan Sovyet.

Catatan harian itu sekarang dalam arsip Moskou. Tulisan terakhir : “1.5 Usaha melarikan diri.”

Tanggal 8 Mei 1945 pegawai kantor pos Albert Krumnow yang bekerja di kantor pos No. 40 setasiun Lehrter, disuruh oleh serdadu-serdadu Sovyet untuk memakamkan dua jenasah di jembatan kereta api setasiun Lehrter itu.

Baca juga: Inilah Ruang Bawah Tanah Paling Mencekam, Konon Berisi Fasilitas Senjata Nuklir Nazi

Hari itu seluruh Jerman menyerahkan diri sedangkan peperangan di Berlin sudah berakhir 6 hari sebelumnya.

Mayat-mayatnya sudah rusak sama sekali, karena bulan Mei 1945 udara panas di Berlin. Bersama dengan tiga rekan lain Krumonow menggotong kedua jenasah itu dengan usungan dari dinas pelindungan udara (luchtberschermingsdienst).

Mereka membawa kedua jenasah itu ke bekas lapangan pameran nasional. Di situ mereka membuat lubang dan mayat dimasukkan demikian rupa sehingga kepala dan kaki saling berlawanan.

Pada salah satu mayat mereka telah menemukan buku gaji dokter SS Dr. Stumpfegger. Pada tanggal 14 Agustus 1945 kepala kantor pos setasiun Lehrter Berndt, menulis surat pada Ny. Gertrud stumpfegger, “Suami nyonya dikubur di lapangan bekas pameran nasional pada tanggal 8 Mei.”

Sudah ada 57 versi Bormann

Namun Bormann harus hidup terus. la dicari dalam proses kejahatan perang di Neurenberg dan menjadi bahan sensasi empuk pers dunia. Sebelum Stern Nopember 1965 mengumumkan penyelidikannya mengenai Bormann, sudah ada 57 versi mengenai tangan kanan Hitler ini.

Baca juga: Perempuan Hasil Proyek Peng-Arya-an Eropa: 'Saya Lahir Dalam Peternakan Manusia yang Dibuat oleh Nazi'

Cerita-cerita itu datang dari Moskou sampai Kapstadt, Sydney sampai Lima. Kebanyakan legenda itu telah menghasilkan banyak uang pada penciptanya. Di seluruh dunia ada beberapa orang yang ditangkap karena dianggap Bormann.

Akhirnya jaksa agung Frankfurt menjanjikan 100 ribu DM bagi siapa saja yang dapat menemukan Bormann yang sudah dijatuhi hukuman mati inabsentia itu.

Setelah 1965 legenda itu jalan terus : Bulan Desember '66, polisi Brasil telah menangkap biarawan Rolf Sonnenberg, yang juga disebut Peter Adolf. Seluruh tubuhnya dirajah dengan lambang Nazi hakenkruis. Biarawan itu pikirannya tidak beres.

Mei tahun 1967 di Guatemala seorang pekerja pertanian Juan Martinez ditangkap atas penyelidikan kedutaan Jerman. Bulan Maret 1968 pemburu Luthmann, Simon Wienthal, mengatakan bahwa Bormann masih hidup dan tinggal di Brasil sebagai “wakil raja dari nasional sosialisme".

Bulan Maret 1971 hakim penyelidik Frankfurt Horst von Glasenapp pergi ke pulau Denmark Ronne di mana seorang dokter merasa melihat sekretaris Hitler komplit dengan pakaian seragam dan tanda pangkat pada tahun 1945.

Baca juga: Ke Mana Emas Hasil Rampokan Nazi?

Pekerja hutan Johann Hartmann, 73 tahun, bulan Maret tahun 1972 menjadi bahan pemberitaan luas karena di Kolumbia ia ditangkap dan ditahan seminggu lamanya karena dikira Martin Bormann.

Namun cerita Bormanh yang paling berhasil mungkin baru diumumkan menjelang akhir tahun yang lalu. Pembuatnya Ladislas Farago, seorang kelahiran Hongaria.

Seminggu lamanya harian “Daily Express" memuat kisah dramatis tersebut secara besar-besaran di halaman muka. Antara lain di situ diceritakan bagaimana tokoh Nazi itu berhasil melarikan diri dan kini tinggal dengan harta kekayaan SS di Amerika Latin.

Bekas pembantu dinas intel Amerika dan negara-negara anglosakson itu menerima 700 ribu DM sebagai penulis dongeng Bormann itu. Dan oplah Daily Express naik 10 persen. Harian-harian dan majalah-majalah bergambar di seluruh dunia memuat cerita itu, termasuk majalah New York dengan jutaan oplah: “Daily News."

Pada hari tulang belulang Bormann ditemukan di Berlin, Farago tiba di Jerman antara lain juga untuk menawarkan jasa-jasa baiknya pada majalah Stern. la minta 80 ribu DM. la membawa satu koper penuh dengan dokumen-dokumen yang rupanya dari arsip dinas rahasia Argentina.

Baca juga: Tapak Nazi Di Kaki Pangrango, Bukti Sebuah Kesia-siaan Peperangan

Bekas jaksa Amerika dalam proses Neurenberg Robert M.W. Kompner juga yakin kalau naskah-naskah itu asli. Malahan melalui duta besar Amerika di Bonn, Martin Joseph Hillenbrand, ia minta agar anggota dewan kontrol sekutu di Berlin mengadakan pengecekan lebih lanjut.

Selama itu dari Buenos Aires juga datang dokumen dari Stern dengan isi menurut pesanan. Sumber itu sama seperti yang dimanfaatkan Farago. Harganya hanya beberapa dolar untuk minta “bukti" bahwa penulis Ladislas Farago tak lain tak bukan ialah Bormann yang dicari-cari.

Juga pria yang fotonya dimuat dalam Daily Express sebagai Martin Bormann telah ditemui koresponden Stern, Hero Buss. Dia guru bernama Rodolfo Nicolas Siri, yang memang mirip sekali dengan Bormann tetapi sayang 20 tahun lebih muda.

Namun demikian pencipta dongeng Farago sudah mempunyai kontrak untuk membuat buku dengan penerbit-penerbit besar di seluruh dunia. Di Jerman menurut rencana penerbit Hoffmann Campe dari Hamburg, mau menerbitkan buku tersebut.

Hak untuk membuat film juga sudah dijual. Yang mendapat hak ialah “Paramount" dan tahun ini film Bormann ala Farago sudah diputar. Entah apa semua jadinya sekarang.

Tetapi pihak berwenang Jerman tidak dapat membantu dalam pekerjaan itu. Karena jaksa agung Joachim Richter dari Frankfurt yang sudah bertahun-tahun lamanya diberi tugas mencari Bormann, tanggal 8 Januari ketika baru datang dari liburan Natal telah menutup naskah mengenai pencarian bekas tokoh SS tersebut dengan kata-kata sbb: Martin Bormann meninggal 2 Mei '45. (Intisari Juni 1975)

Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Bertobat dan Mengabdi kepada Sesamanya dengan Menjadi Imam

Artikel Terkait