Advertorial

Sepenggal Kisah Spionase Nazi yang Menggunakan Penari Perut untuk Melancarkan Aksinya Sebagai Mata-mata

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Waktu itu tentara Nazi di bawah pimpinan Erwin Rommel, yang diberi julukan “serigala gurun pasir”, berada di luar Cairo, tidak lebih dari 160 km.

Tank-tanknya telah siap untuk menggempur ibukota Mesir itu dan dari sana direncanakan penyerbuan ke terusan Suez, urat nadi pertahanan tentara Sekutu. Tetapi celakanya bagi Rommel, dia belum tahu rencana pertahanan tentara Inggris dan di mana mereka memasang jaringan ranjau-ranjaunya.

Untuk mendapatkan informasi yang penting ini dinas rahasia Nazi melancarkan apa yang mereka namakan “Operasi Condor”. Pelaksana operasi ini adalah agen-agen rahasia yang berkaliber besar, seorang di antaranya bernama Johann Eppler.

Karena dibesarkan di Cairo, orang Jerman ini lancar berbahasa Arab. Dengan nama samaran Hussein Gaafer, ia telah berhasil menyusup dalam kalangan atas di Cairo.

Tetapi dalam operasi Condor Eppler-Gaaler mendapat bantuan dari seorang temannya yang paling intim, yaitu si cantik Hekmath Fathmy yang pada waktu itu merupakan bintang sensasi paling terkenal dengan “tari perut”-nya.

Baca juga: Inilah Kamp Konsentrasi Nazi Khusus Anak, Tempat 400 Ribu Anak DIpaksa Bekerja dan Berlatih

Bagi Fatmy aktivitas malamnya dibagi menjadi dua, antara dansa di nightclub yang lux, dan tugas di kamar tidurnya di suatu perahu yang tertambat di sungai Nil.

Yang menikmati acara kedua dari Fathmy ini terutama opsir-opsir Inggris. Dari mereka ini dengan pintarnya Fathmy memeras rahasia-rahasia yang segera disampaikan kepada Eppler-Gaafer.

Fathmy tidak minta balas jasa apapun dari Eppler. Semua ini dilakukan karena dia memang cinta kepada Eppler yang tampan dan karena kebenciannya terhadap tentara pendudukan Inggris.

Seperti biasanya, dalam operasi Condor Fathmy berhasil mengeksploitir pesona kewanitaannya. Kali ini yang menjadi korban adalah seorang mayor Inggris, yang diundang ke kamarnya.

Di sana Fathmy memabukkan tamunya dengan cinta, kemudian dengan alkohol dan candu. Segera setelah mayor itu tak sadar diri, Eppler dan kawannya masuk. Dalam tas kulit buaya mayor itu didapatkan apa yang mereka cari: rencana pertahanan tentara Inggris di Cairo.

Baca juga: Hebat, Pria Asal Rusia Ini Jago Membunuh Puluhan Pasukan Nazi Hanya Dengan Menggunakan Kapak

Tetapi pukulan Nazi ini dapat dielakkan berkat aktivitas seorang penari pula. Seorang agen rahasia dari tentara di bawah tanah Israel. Hagannah, adalah seorang gadis penari yang kulit, mata dan tubuhnya seperti gadis Arab. Dia dengan enaknya bisa keluar masuk tempat-tempat kabaret di Cairo.

Beberapa hari sesudah menyelesaikan operasi Condor, Eppler dan kawannya kebetulan beriseng di suatu nightclub. Sepasang mata hitam yang menggairahkan menatapi mereka dalam bahasa undangan yang sukar dielakkan.

Lelaki sebagai mereka, meski agen rahasia sekalipun, karena terbius oleh kecantikan wanita lantas lupa bahwa musuh pun bisa memasang perangkap sebagaimana dia telah menggunakan Fathmy kekasihnya.

Kesempatan diambil. Eppler mengundang gadis penari yang menantang dengan kasihnya itu. Dan di rumahnya sendiri, Eppler beserta kawannya dilayani oleh penari itu dan seorang penari lain yang diajak ikut serta. Acara tidak beda dengan acara Fathmy. Dari cumbuan, cinta, sampai kemabukan alkohol.

Baca juga:Diharapkan Membantu Rusia Melawan Nazi, 20 Ribu Pasukan Polandia yang Ditawan Justru Dibantai Atas Perintah Stalin

Setelah Eppler dan kawannya tak bisa lagi melek, gadis penari yang cantik itu menggeledah seluruh kamar dan di sana ditemukan kode rahasia yang dipakai untuk menghubungi Markas besar mereka di Afrika.

Segera mereka ditawan dan dengan kode para tawanan ini, orang Inggris menyampaikan informasi-informasi palsu tentang rencana pertahanan Inggris.

Percaya atas pesan yang bertanda “Condor”, Rommel mengirimkan tank-tanknya ke Alam Halfa. Di sana jaringan ranjau-ranjau yang raksasa mencerai-beraikan pasukan “serigala gurun pasir” itu.

Dan sebelum mereka bisa mengkonsolidasikan diri, serangan balasan datang menyambar dan mereka terusir dari El-Alamein yang sepi. Dengan kekalahan ini, rontoklah harapan Nazi Jerman untuk menang di Afrika. (Historama November 1965 – Intisari Maret 1967)

Baca juga: Dilarang Bersenda Gurau di Kamp Konsentrasi Nazi di Auschwitz, Membantah Bisa Berbahaya

Artikel Terkait