Find Us On Social Media :

Salah Satunya Sanggup 2 Kali Lunasi Utang Indonesia, Inilah Kasus Pencucian Uang Terbesar dalam Sejarah

By Khaerunisa, Senin, 6 Maret 2023 | 17:00 WIB

Ilustrasi kasus pencucian uang.

Intisari-Online.com - Kasus penganiayaan Mario Dandy, anak pejabat Dirjen Pajak Rafael Alun Trisambodo, merembet ke berbagai hal.

Salah satunya berakibat pada munculnya kecurigaan bahwa Rafael Alun Trisambodo melakukan transaksi ganjil sejak 2003.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pun telah memblokir sejumlah rekening nasabah perbankan yang diduga menjadi nominee Rafael.

Pasalnya, PPATK mengendus adanya peran professional money launderer (PML) atau pencuci uang professional.

Sosok yang menjadi nominee atau kuasa dari Rafael itu diduga adalah mantan pegawai Dirjen Pajak dan sudah kabur.

Nominee merupakan modus yang biasa dilakukan pelaku tindak pidana pencucian uang (TPPU). Nominee bekerja untuk menyamarkan uang yang diduga hasil tindak pidana.

Soal berapa jumlah perputaran uang dalam indikasi pencucian uang Rafael, pihak PPATK belum mau mengungkapkannya.

Sementara itu, telah menjadi sorotan besarnya harta kekayaan Rafael Alun Trisambodo yaitu sebesar Rp 56,1 miliar.

Pencucian uang oleh para pejabat tentunya sangat merugikan negara maupun masyarakat.

Mirisnya, hal tersebut terus terjadi sejak dulu, baik di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya.

Ada berbagai skandal pencucian uang, bahkan dengan nominal yang begitu besar. Berikut ini sejumlah kasus pencucian uang terbesar sepanjang sejarah:

Baca Juga: Terendus Lakukan Pencucian Uang Sejak 10 Tahun Lalu, Diduga Begini Cara Rafael Alun Lakukan 'Transaksi Haram'

1. Skandal Bank of Credit and Commerce International (BCCI)

BCCI adalah bank internasional yang didirikan pada tahun 1972 oleh Agha Hasan Abedi, seorang pemodal Pakistan.

Bank ini terdaftar di Luksemburg dengan kantor pusat di Karachi dan London.

Satu dekade setelah dibuka, BCCI telah memiliki lebih dari 400 cabang di 78 negara dan aset lebih dari US$ 20 miliar, menjadikannya bank swasta terbesar ketujuh di dunia.

Namun pada tahun 1990, BCCI menerima tuduhan setelah penyelidikan oleh Price Waterhouse yang melibatkan transaksi palsu dan simpanan yang tidak terdaftar.

Tuduhan lain termasuk menggunakan proses canggih seperti surga privasi dan penyuapan.

Hasilnya berujung pada berakhirnya BCCI pada tahun 1991. Bank of England menutup BCCI, mengatakan bahwa kecurangan tersebut terlalu besar untuk direformasi .

Sejak saat itu, terdapat peraturan yang lebih ketat terkait pencucian uang, namun masih ada kekurangan dalam hal kepatuhan yang optimal.

2. Kasus HSBC

HSBC Holdings adalah bank terbesar di Eropa, dan mereka tidak terkecuali dalam pencucian uang.

Pada 2012, HSBC membayar denda sebesar $1,9 miliar karena gagal mencegah kartel narkoba menggunakan bank untuk mencuci hampir satu miliar dolar.

Baca Juga: Biaya Sewanya Bisa untuk Beli Mobil SUV Tanpa Nyicil, Ternyata Ini Alasan Bursok Anthony Nekat Nginap di Hotel Selama 9 Bulan

Penyelidik menentukan bahwa peraturan bank yang buruk membuat mereka menjadi saluran utama kartel narkoba, dengan satu di Meksiko dan yang lainnya di Kolombia.

Akibatnya, mereka menggabungkan total $ 881 juta uang narkoba. Jumlah tersebut kini setara sekitar Rp 13.500 Triliun.

Bahkan, jumlah tersebut dua kali lipat dari jumlah utang Indonesia saat ini yang mencapai Rp 7.754,9 Triliun.

3. Bank Wachovia

Wachovia adalah salah satu bank terbesar di AS pada tahun 2010.

Pada masanya, bank ini mengizinkan kartel dari Meksiko untuk mencuci sekitar $380 miliar dari tahun 2004 hingga 2007.

Kartel narkoba menyelundupkan dolar AS dari penjualan narkoba melintasi perbatasan Meksiko, yang kemudian mereka gunakan pada penukar uang untuk menyetor ke rekening bank pribadi mereka.

Bank tersebut gagal untuk menentukan asal-usul dana tersebut dan kemudian akan membayar kepada pemerintah AS sekitar $110 juta untuk penyitaan aset.

4. Skandal Benex

Sementara itu, skandal Benex melibatkan sejumlah besar uang yang terkait dengan mafia Rusia, yang menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Bank of New York.

Antara tahun 1996 dan 1999, perkiraan sekitar $7 miliar dicuci dari Rusia melalui sejumlah rekening Benex dan Becs (Benex International Co. Inc., dan Becs International LLC) di Bank of New York.

Hal tersebut menyebabkan operasi polisi berskala tinggi yang menghasilkan beberapa penangkapan .

Untuk memerangi kasus pencucian uang, pemerintah di seluruh dunia telah memberlakukan undang-undang dan peraturan anti pencucian uang (AML).

Sayangnya, tindak pencucian uang masih terus saja terjadi dan belum bisa diberantas seluruhnya.

Baca Juga: Tidak Hanya Guru dan Siswa, ASN di Disdikbud NTT Juga Masuk Kantor Jam 5 Pagi

Baca Juga: Kumpulan Soal TWK Sejarah CPNS dan Kunci Jawabannya (Bagian 26)

(*)