Find Us On Social Media :

Dampak Buruk Perang Rusia-Ukraina, Lima Komoditas Ini Akan Langka di Dunia, Sanksi Amerika Serikat dan Sekutunya Kepada Rusia Malah Bikin Kondisi Makin Parah, Ini Sebabnya

By May N, Minggu, 6 Maret 2022 | 17:50 WIB

Konflik Rusia - Ukraina terungkap penyebabnya, penjualan bahan bakar nuklir dari negara tetangga ke Ukraina ini bikin Rusia mengamuk

Intisari - Online.com - Konsekuensi ekonomi muncul akibat serangan Rusia ke Ukraina yang tidak hanya merugikan dua negara saja tapi juga seluruh dunia.

Serangan Rusia ke Ukraina membuat rantai pasokan sejumlah komoditas penting ke sejumlah negara terganggu.

Lebih-lebih karena Rusia dan Ukraina merupakan dua negara pemasok utama bahan mentah dan energi.

Melansir Kompas.id, pengamat Manajemen Rantai Pasokan di Liverpool, John Moores University, Sarah Schiffling, serta pengamat logistik di Technological University Dublin, Nikolaos Valantasis Kanellos, menulis di The Conversation mengenai dampak perang Rusia-Ukraina terhadap lima komoditas di dunia.

Akan ada lima komoditas penting yang dikhawatirkan menghadapi kendala di masa depan.

Pangan

Harga pangan dunia sudah naik tajam selama 2021.

Ini linier dengan harga sumber energi yang lebih tinggi dan pengaruh perubahan iklim.

Baca Juga: Dikenal sebagai Sekutu Dekat hingga Aliansi yang Melawan Barat, Ternyata Ini Alasan China Mati-matian Angkat Tangan daripada Bergabung Menghancurkan Ukraina

Baca Juga: Meski Perundingan Sedang Berlangsung Namun Perang Terus Berlanjut, Dunia Bisa Bernapas Lega Mendengar Kabar Perang Rusia-Ukraina Ini, Ternyata Gencatan Senjata Kedua Akan Terjadi Tak Lama

Produsen makanan kemungkinan akan lebih tertekan karena harga bahan makanan naik.

Rusia dan Ukraina sama-sama menyumbang sekitar seperempat ekspor gandum dunia.

Ukraina menyumbang hampir setengah dari ekspor minyak bunga matahari.

Gandum dan minyak bunga matahari merupakan komoditas utama yang digunakan dalam banyak produk makanan.

Jika panen dan pemrosesan terhambat di Ukraina, atau misalnya ekspor diblokir, para importir terpaksa harus berjuang mencari sumber pasokan lain.

Persoalannya, mencari sumber lain yang bisa menutupi pasokan Rusia dan Ukraina sangat sulit dilakukan.

Sebab, banyak negara sangat bergantung pada gandum dari Rusia dan Ukraina.

Contohnya, antara lain, Turki dan Mesir.

Baca Juga: Jadi Algojo Putin, Inilah Wagner Group yang Dikirim Rusia Jadi Pasukan Paramiliter ke Ukraina, Siap Hukum Siapa Saja yang Tentang Keinginan Putin, Pernyataan Presiden Ukraina Jadi Sorotan

Baca Juga: Padahal yang Perang Rusia-Ukraina Tapi China Sampai Kena Getahnya, Negeri Panda Bocorkan Akal-Akalan Amerika Serikat Sangkut-Pautkan China, dan Ungkap Kondisi Asli di Ukraina

Impor gandum kedua negara ini dari Rusia dan Ukraina mencapai hampir 70 persen.

Ukraina juga merupakan pemasok utama komoditas jagung ke China.

Harapan kini jatuh kepada China, karena China berencana mengimpor gandum dari Rusia.

Transportasi

Dengan transportasi dunia yang terganggu selama pandemi, konflik Rusia-Ukraina bisa memicu persoalan lain.

Ini terutama merujuk pada gangguan pada moda transportasi kereta dan pelayaran laut.

Sejak 2011, angkutan kereta api reguler yang menguhubungkan China dan Eropa sudah dibangun.

Saat ini, sudah ada 50 perjalanan.

Baca Juga: Pantas Sampai Berani Tawarkan Hadiah Rp14 Miliar Untuk Tangkap Vladimir Putin, Ternyata Presiden Rusia Itu Nyaris Mustahil Untuk Ditangkap Karena Keamanan yang Super Ketat Ini

Baca Juga: Pantas Inggris Ketakutan Setengah Mati Pada Rusia Jika Sampai Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina, Benarkah Inggris Bisa Lenyap Dari Muka Bumi Jika Terkena Nuklir Rusia?

Meski hanya membawa sebagian kecil dari total pengiriman antara Asia dan Eropa, kereta tetap berperan penting.

Kini, transportasi kereta sedang dialihkan dari Ukraina agar dampaknya bisa dimininalkan.

Namun, ini pun tidak mudah karena negara-negara sekitar Ukraina, seperti Lituania, memperkirakan bahwa lalu lintas kereta mereka pun sangat terdampak berbagai sanksi yang diterapkan AS dan sekutu terhadap Rusia.

Untuk pelayaran, sebelum hari pertama serangan Rusia saja, pemilik kapal sudah mulai menghindari rute pelayaran Laut Hitam.

Pengiriman peti kemas di Laut Hitam adalah pasar yang terhitung kecil dalam skala global.

Salah satu terminal peti kemas terbesar di kawasan Laut Hitam ialah di Odessa, salah satu kota di Ukraina Selatan.

Jika kegiatan di pelabuhan Odessa dihentikan oleh pasukan Rusia, efeknya pada impor-ekspor Ukraina akan sangat besar dan konsekuensi kemanusiaannya mengkhawatirkan.

Kenaikan harga minyak karena perang menjadi persoalan besar dalam pengiriman.

Baca Juga: Kelihaian Pasukan Ukraina di Perang Rusia-Ukraina, Sniper Ini Berhasil Tewaskan Seorang Jenderal Top Rusia dan Presiden Zelensky Lolos 3 Kali Percobaan Pembunuhan Kelompok Pembunuh Ini

Baca Juga: Jadi Kota Pertama yang Jatuh di Tangah Rusia Sejak Invasi di Ukraina, Terkuak Ini Alasan Kota Ini Paling Diincar Oleh Rusia Untuk Ditaklukkan, Ternyata Bisa Bisa Menguntungkan Rusia

Tarif angkutan sudah sangat tinggi dan bisa naik lebih tinggi lagi.

Ada juga kekhawatiran serangan siber akan menyerang rantai pasok dunia karena perdagangan bergantung pada pertukaran informasi daring.

Jika pelayaran atau infrastruktur utama menjadi sasaran, konsekuensinya lebih parah.

Dampak serangan siber pada rantai pasokan akan sangat besar.

Logam

Nikel, tembaga, dan besi dihasilkan di Rusia dan Ukraina, kedua negara itu selama ini jadi produsen utama logam di dunia.

Mereka juga sebagian besar terlibat dalam ekspor dan pembuatan bahan baku penting lainnya, seperti neon, paladium, dan platinum.

Kekhawatiran sanksi terhadap Rusia menbuat harga logam naik.

Baca Juga: Sempat Jadi Misteri Kendaraan Militer Rusia Muncul dengan Kode Z dan V, Siapa Sangka Ternyata Ini Dia Arti Kode Tersebut, Rusia Justru Membocorkannya Sendiri

Baca Juga: Walau Nyaris Tak Pernah Terekspos, Inilah Hubungan Masa Lalu Indonesia dengan Ukraina, Sempat Bantu Hal Ini Tepat Setelah Invasi Ukraina Tahun 2014 Lalu

Harga paladium, misalnya, naik hampir 2.700 dollar Amerika Serikat per ons, naik lebih dari 80 persen sejak pertengahan Desember lalu.

Paladium digunakan untuk segala hal, mulai dari sistem pembuangan otomotif dan ponsel hingga tambalan gigi.

Harga nikel dan tembaga, yang masing-masing digunakan untuk manufaktur dan bangunan, juga melonjak.

Hal ini berdampak pada industri aviasi atau penerbangan AS, Eropa, dan Inggris yang bergantung pada pasokan titanium dari Rusia.

Perusahaan Boeing dan Airbus saat ini sudah mulai mendekati pemasok alternatif.

Namun, pangsa pasar dan basis produk pemasok titanium selama ini ialah perusahaan terkemuka Rusia, VSMPO-AVISMA.

Akibatnya, negara-negara itu tidak mungkin sepenuhnya melakukan diversifikasi.

Mikrocip

Baca Juga: Namanya Jadi Sorotan Dunia Karena Tegas Nyatakan Perang ke Ukraina, Rupanya Vladimir Putin Pernah Dibuat Tertawa Terbahak-Bahak Gara-Gara Menterinya Sebut Nama Indonesia Ini

Baca Juga: Bak Memancing di Air Keruh, Korea Utara Lagi-lagi Berkilah di Tengah Konflik Rusia-Ukraina, Makin Berbahaya Hingga Disebut Bisa Memicu Perang Dunia 3

Kekurangan mikrocip juga sebenarnya sudah menjadi persoalan utama sejak 2021.

Para analis memperkirakan masalah ini akan mereda pada 2022.

Namun, perkembangan terakhir di Rusia dan Ukraina membuat optimisme itu menyurut.

Salah satu sanksi AS ialah memotong pasokan mikrocip Rusia.

Hanya saja, Rusia dan Ukraina adalah pengekspor utama neon, paladium, dan platinum. Ketiganya sangat penting untuk memproduksi mikrocip.

Sekitar 90 persen neon yang digunakan untuk litografi cip berasal dari Rusia dan 60 persen di antaranya dimurnikan oleh satu perusahaan di Odessa, Ukraina.

Sumber alternatif akan membutuhkan investasi jangka panjang sebelum bisa memasok pasar dunia.

Energi

Baca Juga: Seisi Bumi Sedang Panik Dengan Invasi Rusia ke Ukraina, China Dituduh Diam-Diam Rencanakan Invasi ke Taiwan, Kepergok Lakukan Hal Ini di Laut China Selatan

Baca Juga: Mengaku Hanya 500 Prajuritnya yang Tewas di Ukraina, Media Inggris Ini Bocorkan Cara Rusia Lenyapkan Mayat Pasukannya yang Gugur, Benda Seperti Ini Sampai Dibawa ke Medan Perang

Kelangkaan yang terakhir tapi paling berat adalah kelangkaan energi dari Rusia, terutama gas yang disalurkan melalui beberapa jalur pipa.

Kondisi ini juga yang membuat pendekatan negara-negara di Eropa terhadap krisis Rusia-Ukraina sulit.

Jerman sendiri sudah menangguhkan pembangunan saluran pipa gas Baltik yang baru, Nord Stream 2, tanpa batas waktu.

Masalahnya, aliran gas Rusia tidak mungkin dihentikan saat ini karena gangguan sedikit saja akan berdampak besar bagi Eropa.

Cadangan gas dunia juga rendah akibat pandemi Covid-19, dan sebelum krisis Ukraina harga energi sudah naik tajam.

Situasi ini sudah berdampak serius pada konsumen dan industri.

Baca Juga: Keadaan Memburuk, NATO Bersiap-siap Setelah Presiden Ukraina Serukan Zona Larangan Terbang di Wilayahnya, Benarkah Tak Akan Kirimkan Pasukan?

Baca Juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina Bagi Indonesia Sudah Terasa, Proyek Kereta Api Borneo Senilai Rp53,3 Triliun Terbengkalai Gara-gara Berlakunya Sanksi Ekonomi