Penulis
Intisari - Online.com -Perang Rusia-Ukraina telah mencatat ratusan ribu korban jiwa, dan beberapa dari korban bukanlah rakyat jelata saja.
Melansir Kontan dari Globe World News, komandan jenderal Divisi Lintas Udara ke-7 Rusia, Mayor Jenderal Andrei Sukhovitsky, tewas dalam pertempuran di Ukraina awal pekan ini.
Organisasi perwira lokal mengkonfirmasi kematiannya terjadi di wilayah Krasnodar, Rusia Selatan.
Namun keadaan kematiannya tidak segera jelas.
Sukhovitsky memulai dinas militer sebagai komandan pleton pada usia 47 tahun setelah lulus dari Akademi Militer lalu terus naik dan mengambil posisi kepemimpinan penting dan berpartisipasi dalam kampanye militer Rusia di Suriah.
Ia juga menjadi wakil komandan Campuran ke-41 Angkatan Darat.
Ada sumber yang menyebut Mayor Jenderal Sukhovitsky terbunuh karena peluru penembak jitu militer Ukraina.
Pravda, sebuah surat kabar Rusia, juga melaporkan kematiannya.
Dijelaskan bahwa Sukhovetsky lulus dari Sekolah Lintas Udara Tinggi Ryazan pada tahun 1995 setelah memulai menjadi komandan peleton dan kemudian naik menjadi jabatan kepala staf unit serangan udara Pengawal.
“Dengan rasa sakit yang luar biasa, kami mengetahui berita tragis kematian teman kami, Mayor Jenderal Andrei Sokhovitsky, di wilayah Ukraina selama operasi khusus. Kami menyampaikan belasungkawa tulus kami kepada keluarganya,” kata Sergei Chepelev, seorang wakil veteran Rusia, menulis di media sosial.
Belum ada rincian lebih lanjut yang dirilis, tapi diketahui bahwa layanan pemakaman akan dilaksanakan di Novorossiysk.
Dikabarkan oleh Rusia bahwa 498 tentaranya sudah tewas di Ukraina dan ada 1.597 terluka, sementara pejabat Inggris mengatakan jumlah korban yang tewas pasti jauh lebih tinggi dan terus meningkat.
Upaya pembunuhan presiden Volodymyr Zelensky
Upaya pembunuhan terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, ternyata sudah terlaksana tiga kali sejak Rusia menyerang Ukraina.
Plot pembunuhan digagalkan ketika orang Rusia yang anti-perang membocorkan informasi kepada Ukraina mengenai dua kelompok tentara bayaran terpisah berencana meluncurkan serangan.
Hal ini dilaporkan oleh Times of London yang dikutip dari New York Post (4/3).
“Saya dapat mengatakan bahwa kami telah menerima informasi dari [Layanan Keamanan Federal Rusia], yang tidak ingin mengambil bagian dalam perang berdarah ini,” kata Sekretaris Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina kepada stasiun TV lokal, menurut Times.
Ialah kelompok Wagner yang didukung Kremlin, yang menjadi dalang dua upaya pembunuhan tersebut.
Keberhasilan mereka menentukan sikap Moskow yang dapat menyangkal keterlibatan langsung dalam upaya pembunuhan itu.
"Mereka akan masuk ke sana dengan misi yang sangat terkenal, sesuatu yang ingin disangkal oleh Rusia - pemenggalan kepala negara adalah misi besar," kata seorang sumber diplomatik kepada surat kabar itu.
“Dalam hal dampak pada kebijakan kedaulatan Rusia, ini mungkin akan menjadi misi terbesar mereka sejauh ini. Itu akan berdampak besar pada perang.”
Saat ini masih ada 400 anggota Grup Wagner di Kyiv, setelah anggotanya menyusup ke Ukraina.
Mereka membawa 'daftar pembunuhan' dari 24 pejabat yang kematiannya menyebabkan kekacauan di pemerintah Ukraina, papar seorang sumber kepada Times.
Sabtu kemarin Zelensky juga menghindari upaya pembunuhan di pinggiran Kyiv ketika sekelompok pembunuh Chechnya dibawa keluar sebelum mereka bisa menemui Zelensky.
Pada awal konflik pekan lalu, AS menawarkan untuk mengevakuasi Zelensky, dari Kyiv saat pengepungan berlangsung tetapi dia menolak.
“Pertarungan ada di sini; Saya butuh amunisi, bukan tumpangan, ”katanya, menurut Associated Press.