Keadaan Memburuk, NATO Bersiap-siap Setelah Presiden Ukraina Serukan Zona Larangan Terbang di Wilayahnya, Benarkah Tak Akan Kirimkan Pasukan?

May N

Editor

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky meninjau kelengkapan militer Ukraina
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky meninjau kelengkapan militer Ukraina

Intisari - Online.com -Perang Rusia-Ukraina masih berlangsung sampai hari ini, terhitung sejak invasi skala besar Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Konflik senjata masih berlangsung sementara banyak warga Ukraina menjadi pengungsi ke negara-negara sekitar Ukraina sementara para pria tetap berada di dalam negara mempertahankan negaranya.

Sementara itu, NATO mengamati perkembangan terbaru konflik ini.

Melansir Kontan dari Reuters, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken Jumat lalu mengatakan NATO akan mempertahankan "setiap inci" wilayah anggota tapi menekankan bahwa NATO akan defensif, sebabnya menteri luar negeri menolak seruan Ukraina untuk zona larangan terbang memerangi invasi Rusia.

Pemimpin tertinggi Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan zona larangan terbang sejak invasi Moskow dimulai pada 24 Februari lalu.

Rusia sejak saat itu menembaki kota-kota dan membawa pertempuran ke pembangkit nuklir terbesar di Eropa.

NATO mempertahankan sikapnya karena Ukraina bukanlah anggota NATO dan menteri luar negerinya bertemu di Brussel hari Jumat menyatakan khawatir akan terseret perang dengan Rusia yang memiliki senjata nuklir.

"NATO akan mempertahankan semua sekutu dan wilayahnya dari serangan Rusia," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken saat tiba di Brussel, yang menjadi tuan rumah markas aliansi tersebut.

Baca Juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina Bagi Indonesia Sudah Terasa,Proyek Kereta Api Borneo SenilaiRp53,3Triliun Terbengkalai Gara-gara Berlakunya Sanksi Ekonomi

Baca Juga: Bak Ditampar Anak Buahnya Sendiri,Rupanya Rencana Putin Kuasai Ukraina Hanya Dalam Hitungan Hari Dijamin Gagal Total Karena Hal Memalukan Ini, Konvoi Militer Rusia Malah 'Mogok'

"Kami adalah aliansi defensif. Kami tidak mencari konflik. Tetapi jika konflik datang kepada kami, kami siap untuk itu dan kami akan mempertahankan setiap inci wilayah NATO."

Kecaman Blinken atas serangan Rusia terhadap warga sipil di Ukraina digemakan kepala NATO.

Ukraina sendiri adalah negara bekas republik Soviet dan satelit Moskow yang ingin bergabung dengan Uni Eropa dan aliansi militer Barat.

Otoritas Ukraina mengatakan pada Jumat lalu bahwa pasukan Rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa setelah bangunan di kompleks Zaporizhzhia dibakar dalam pertempuran sengit.

"Ini hanya menunjukkan kecerobohan perang ini dan pentingnya mengakhirinya dan pentingnya Rusia menarik semua pasukannya," kata Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg.

Beberapa negara menunjukkan kesediaan membahas zona larangan terbang, tapi mereka menjelaskan jika mereka tidak menganggapnya sebagai pilihan yang layak.

Melanie Joly, Menteri Luar Negeri Kanada, mengatakan garis merah NATO adalah menghindari timbulnya konflik yang lebih luas.

Kantor kepresidenan Perancis menyebut zona larangan terbang sebagai "permintaan yang sangat sah dan sangat sulit dipenuhi."

Baca Juga: InvasiRusia-Ukraina Makin Berbahaya, Uni Eropa Diklaim Terlalu Lemah Melawan Vladimir Putin,Inggris dan Negara Barat Lainnya Harus Lakukan Ini Agar Perang Dunia 3 Tidak Terjadi

Baca Juga: Tak Sekedar Karena Konflik Dengan Barat, Media Inggris Ini Malah Ketar-Ketir Rusia Gunakan Senjata Nuklir Gara-Gara Kondisi Kesehatan Vladimir Putin Ini

Sementara itu Perdana Menteri Lithuania, Ingrida Simonyte mengatakan seruan melibatkan NATO ke dalam konflik militer saat ini adalah "tidak bertanggung jawab."

Putin meluncurkan "operasi militer khusus" untuk menyingkirkan apa yang dia katakan sebagai pemerintah fasis Ukraina dan demiliterisasi negara itu.

Zelenskiy mengatakan Moskow sedang mencoba untuk mencegah demokrasi liberal berkembang di perbatasan Rusia.

"Kami sekarang menyaksikan perang penuh di perbatasan kami, perang yang dilancarkan oleh Presiden Putin melawan Ukraina," kata diplomat tinggi Uni Eropa menjelang pembicaraan terpisah blok itu pada Jumat.

Mengenai sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, Josep Borrell mengatakan, "Kami akan mempertimbangkan segalanya. Semuanya tetap di atas meja."

Baca Juga: Telihat Perkasa Tanpa Henti Gempur Ukraina, Terkuak Sebenarnya Rusia Alami Kerugian Besar Ini, 500 Tentaranya Dilaporkan Tewas Hingga Salah Satu Jenderalnya Terbunuh di Ukraina

Baca Juga: Jika Seisi Bumi Banyak yang Mengecam Tindakan Rusia Lakukan Agresi ke Ukraina, Negara Asia Ini Malah Mati-matian Bantu Ekonomi Rusia yang Terpuruk Akibat Sanksi Barat

Artikel Terkait