Pemandu Gunung Rinjani Ali Musthofa cerita tentang kejadian jauthnya pendaki asal Brasil Juliana Marins di Gunung Rinjani.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Banyak simpang siur terkait jatuhnya pendaki asal Brasil Juliana Marins di jurang menjelang puncak Gunung Rinjani. Di antarnya adalah spekulasi bahwa dia sempat ditinggalkan pemandu sebelum terjatuh.
Terkait spekulasi itu, pemandu yang menemani Juliana Marins, Ali Musthofa, pun buka suara. Kepada media Brasil O Globo dia menceritakan tentang kesaksiannya jatuhnya Juliana Marins di Gunung Rinjani.
"Sebenarnya, saya tidak meninggalkannya," begitu ujar Ali.
Ali kemudian melanjutkan, "Tapi saya menunggu tiga menit di depannya. Setelah 15 atau 30 menitan, Juliana tak kunjung muncul. Saya mencarinya di tempat dia istirahat, tapi saya tak menemukannya," tuturnya.
Dia juga bilang bahwa dia sempat mengatakan kepada Juliana bahwa dia akan menunggunya di depan. "Saya menyuruhnya beristirahat. Saya baru menyadari bahwa dia jatuh ketika melihat cahaya senter di jurang sedalam 150 meter dan mendengar suaranya minta tolong," lanjutnya.
Ali juga meyakinkan Juliana bahwa dia akan membantunya dan sekeras mungkin memberi tahu Juliana agar dia tetap bertahan untuk menunggu bantuan. Dia kemudian melaporkan kecelakaan Juliana kepada pada agen tur tempatnya bekerja dan minta supaya segera dikirim bantuan darurat.
"Saya tak mungkin menyelamatkannya sendiri di kedalaman sekitar 150 meter tanpa peralatan keselamatan (yang memadai)," kata Ali.
Setelah berhasil diselamatkan, jenazah Juliana Marins langsung dibawa ke RSUD Bali Mandara untuk diautopsi. Dokter forensik dr. Ida Bagus Putu Alit membeberkan, memang ditemukan luka-luka di seluruh tubuh korban. Luka-luka itu disebabkan oleh benda-benda tumpul akibat Juliana terjauh ke dalam jurang.
Selain itu, Juliana juga mengalami patah tulang di bagian dada, belakang, punggung, serta paha. "Kita juga menemukan adanya patah-patah tulang, terutama di bagian dada, bagian belakang, tulang punggung, dan paha," jelas Ida Bagus, Jumat, dilansir Tribun-Bali.com.
Akibatnya, terjadi kerusakan pada organ dalam serta pendarahan yang membuat kondisi Juliana parah, lalu meninggal dunia. Dari kondisi itu, Ida Bagus memperkirakan Juliana meninggal tak lama setelah terjatuh. Karena ditemukan banyak pendarahan di bagian dada dan perut.
"Kami tidak menemukan bukti-bukti atau tanda-tanda bahwa korban itu meninggal dalam jangka waktu yang lama dari luka-luka," ujar Ida Bagus. "Jadi karena dimasukkan dalam freezer kalau yang kita temukan di sini kematiannya terjadi antara 12 sampai 24 jam, itu berdasarkan dari tanda-tanda lebam mayat dan juga kaku mayatnya," imbuhnya.
Setelah diautopsi, jenazah Juliana dilaporkan akan segera dibawa pulang ke Brasil untuk dimakamkan. Biaya pemulangan jenazah Juliana ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) dengan stakeholder terkait.
Terima kasih keluarga Juliana Marins
Di tengah duka, keluarga Juliana Marins, melalui postingan Instagram, mengucapkan terima kasih kepada para relawan yang menyelamatkan pendaki asal Brasil itu.
"Kami sangat berterima kasih pada para relawan yang dengan berani menawarkan diri membantu mempercepat proses penyelamatan Juliana.
"Pada Agam dan Tyo, atas nama keluarga Juliana Marins, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kami yang paling tulus dan mendalam atas semua kemurahan hati, keberanian, dan dukungan yang telah kalian tunjukkan dengan bergabung bersama tim penyelamat di Gunung Rinjani.
"Kami menyadari betapa sulitnya kondisi yang kalian hadapi dan besar sekali risiko yang kalian ambil. Berkat dedikasi dan pengalaman kalianlah tim akhirnya dapat mencapai Juliana dan memungkinkan kami, setidaknya, untuk mendapatkan momen perpisahan ini.
"Meski hasilnya sudah berada di luar jangkauan kami, di dalam hati kami, ada perasaan bahwa jika kalian bisa tiba lebih awal, mungkin jalan ceritanya bisa berbeda. Tindakan kalian tidak akan pernah kami lupakan. Terimalah rasa hormat. Respect."