Tak kurang dari 18 ribu dolar AS (waktu itu setara Rp 150 juta) telah dikeluar-kannya untuk persiapan, termasuk bikin paspor Prancis palsu.
Apa mau dikata, pelariannya dipergoki sesama napi dan diteriaki "Maling! Maling!" Ruggiero pun masuk ke sel "tikus".
Napi asal California, Gabriel, juga coba kabur. Demikian pula beberapa napi asal Indonesia. Semua gagal.
Di sisi lain, kemewahan didapat terhukum lain seperti jutawan Australia Chris Packer yang ditangkap karena menyimpan senjata tanpa izin di dalam yacht-nya.
Tentu ia tak perlu ikut prosedur registrasi, masuk sel asimilasi, apalagi penggundulan rambut. Hampir tiap malam ia menggelar pesta dengan makanan dan minuman mewah.
Di blok lain, Vicente melengkapi kamarnya dengan televisi plasma 26 inci, pemutar DVD, sambungan internet, kamar mandi dengan air panas-dingin.
Pacarnya, Clara, mengganti lantai dengan keramik biru, juga toilet gaya Barat. Ia berhak memilih teman sekamar, maksimal dua orang. Sementara di sembilan sel lain napi perempuan berdesakan, ada yang sampai 15 orang.
Tapi raja pemilik segala kemewahan adalah IT yang dikenal sebagai bandar besar ekstasi di Bali. Pertama kali menginap di Hotel Kerobokan pada 1996 setelah ditangkap memasukkan 20.781 pil ekstasi dari Amsterdam, bersama istrinya yang orang Belanda.
Ia dijatuhi hukuman 14 bulan saja. Sekeluar dari Kerobokan IT malah makin besar. Memiliki banyak kaki-tangan, menyogok aparat keamanan, bahkan memberikan mobil dan rumah kepada beberapa oknum aparat.
Tapi Maret 2002 polisi menggerebek toko elektronik milik dia di Seminyak. IT disergap bersama 80 ribu tablet ekstasi, 600 g kokain, beberapa kg bubuk bahan ekstasi, satu kg heroin, lima set mesin pencetak ekstasi.
Ikut disita pula sepucuk pistol kaliber .22 dengan 14 peluru, juga sebuah granat aktif. Uang langsung menggelontor.
Jumlah barang bukti dikurangi, ihwal mesin pencetak ekstasi tak disinggung dalam dakwaan.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR