“Saya takut masuk kelas, jangan-jangan akan bertemu dengan lelaki jalang...... Tapi ternyata saya berhadapan dengan seorang pria yang tindak-tanduknya memikat, pandangan matanya lembut dan suka bercanda. Saya tak berani menatap matanya,” cerita Julia.
“Ha, Nona adalah “maestra" (bu guru)! Tahukah Nona bahwa kata “ya se leer" tidak boleh ditekankan “se"-nya?” tegur Che untuk membuka percakapan sambil menunjuk pada salah satu gambar yang tergantung pada dinding.
Cara mengusiknya sopan dan matanya cerah gembira.
“Nona, di Kuba tak ada sekolah semacam ini. Di sana gedung seperti ini akan disebut penjara. Bagaimana anak-anak petani bisa belajar di sini. Sama sekali bertentangan dengan ilmu pendidikan!"
“Negara kami miskin" jawab Julia.
“Tetapi pejabat-pejabat pemerintah dan pembesar-pembesar militer pada mempunyai Mercedez dan Iain-lainnya. Buset! Itulah maka kami bertempur.”
“Anda datang dari begitu jauh untuk bertempur di Bolivia.”
“Saya seorang revolusioner dan saya telah menjelajahi banyak tempat".
"Anda datang untuk membunuh tentara-tentara kami.”
“Nona tahu bahwa dalam perang ada yang kalah dan ada yang menang.”
Demikian jalannya percakapan antara Che dan Julia Cortez seperti diceritakan sendiri oleh bu guru ini.
“Selama omong-omong itu saya memandang ke bawah,” tambahnya. “Pandangan Che tak tertahankan, seperti menembus jiwa dan begitu tenang.”
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR