Latar Belakang Perpecahan Sarekat Islam Menjadi Si Putih dan Si Merah

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Faktor-faktor yang melatarbelakangi perpecahan Sarekat Islam menjadi si putih dan si merah.
Ilustrasi - Faktor-faktor yang melatarbelakangi perpecahan Sarekat Islam menjadi si putih dan si merah.

Intisari-online.com - Sarekat Islam (SI), organisasi Islam terbesar di Hindia Belanda awal abad ke-20, mengalami perpecahan signifikan pada tahun 1927.

Perpecahan ini melahirkan dua kubu: SI Putih dan SI Merah.

Masing-masing kubu memiliki ideologi dan tujuan yang berbeda, menandakan pergeseran arah dalam gerakan SI.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi perpecahan Sarekat Islam menjadi si putih dan si merah adalah:

1. Kemunculan Ideologi Komunis:

Sejak awal 1920-an, ideologi komunis mulai berkembang di Indonesia, dibawa oleh para intelektual muda seperti Semaun dan Darsono.

Mereka menyusup ke dalam SI, terutama di cabang Semarang, dan berusaha menyebarkan gagasan komunis di antara para anggotanya.

Ide-ide komunis seperti persamaan hak dan penghapusan kelas menarik bagi sebagian anggota SI, terutama buruh dan petani.

2. Perbedaan Pandangan tentang Peran SI:

SI Putih, dipimpin oleh Haji Agus Salim dan Haji Abdul Rachman, menginginkan SI fokus pada perjuangan ekonomi dan sosial umat Islam.

Mereka menekankan pada kerjasama dengan kolonial Belanda untuk mencapai kemajuan.

Baca Juga: Awalnya Pendirikan Sarekat Dagang Islam Bertujuan Untuk Hal Ini Ternyata...

SI Merah, dipimpin oleh Semaun dan Darsono, menginginkan SI menjadi gerakan revolusioner yang anti-kolonial dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Mereka menganut paham Marxisme dan ingin mendirikan masyarakat sosialis di Indonesia.

3. Ketegangan Politik:

Pada tahun 1926, terjadi peristiwa Pemogokan Buruh Pecinan Semarang yang diwarnai kekerasan.

SI Merah dituduh terlibat dalam peristiwa tersebut, sehingga memicu kecurigaan dan ketegangan dengan SI Putih.

Pemerintah Hindia Belanda juga berusaha memecah belah SI dengan mendekati SI Putih.

Puncak perpecahan terjadi pada Kongres SI ke-3 di Surabaya pada tahun 1927.

SI Merah keluar dari SI dan mendirikan organisasi baru bernama Partai Sarekat Islam (PSI).

Perpecahan ini menandai berakhirnya era kejayaan SI sebagai organisasi massa yang solid.

Dampak Perpecahan:

Perpecahan SI melemahkan gerakan nasionalisme Indonesia.

Baca Juga: Bagaimana Kondisi Pendidikan Masa Pendudukan Jepang di Indonesia?

SI Putih mengalami kemunduran dan akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1931.

PSI, meskipun menganut paham komunis, turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Kesimpulan:

Perpecahan SI menjadi Si Putih dan Si Merah merupakan peristiwa penting dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.

Perpecahan ini mencerminkan kompleksitas ideologi dan tujuan yang ada dalam gerakan kemerdekaan Indonesia pada masa itu.

Artikel ini hanya memberikan gambaran umum tentang latar belakang perpecahan Sarekat Islam.

Untuk informasi lebih mendalam, Anda dapat merujuk pada sumber-sumber sejarah yang terpercaya.

Demikian, faktor-faktor yang melatarbelakangi perpecahan Sarekat Islam menjadi si putih dan si merah.

Artikel Terkait