Intisari-Online.com – com Sidang Asian Cultural Centre for UNESCO yang saya hadiri kali ini berlangsung sampai tanggal 10 Nopember 1978, padahal tanggal 11 Nopember itu hari Idul Adha.
Biasanya saya segera meninggalkan Tokyo sehari setelah sidang selesai; tetapi karena saya ingin berjemaah salat sunat Idul Adha, maka saya putuskan untuk menunda waktu pulang dan berniat untuk bersembahyang sunat di Mesjid Tokyo.
Berikut ini pengalaman Ajip Rosidi ketika Salad Idul Adha di Mesjid Tokyo seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 1979.
Saya segera mencari keterangan, maka dapatlah saya ketahui bahwa salat sunat akan dimulai pukul 08.30 pagi. Agak siang, karena biasanya di Indonesia salat Id dimulai pukul 07.00; atau pukul 07.30. Tetapi sekarang musim gugur, sehingga pukul 08.30 di Tokyo masihlah pagi.
Baca juga: Ingin Makan Daging Saat Idul Adha tapi Takut Kolesterol Jahat? Seimbangkan dengan 6 Bahan Alami Ini
Meskipun saya sudah beberapa kali ke Tokyo, tetapi untuk bepergian sendirian dengan subway, yaitu kereta bawah tanah, masih juga ngeri. Begitu banyak jaringan jalan kereta, naik turun tangga, dengan petunjuk dalam huruf Jepang.
Hanya di stasiun-stasiun besar di pusat kota saja ada petunjuk dengan huruf Latin. Di jalan-jalan yang menuju ke arah luar kota, kita hanya melihat huruf-huruf kanji saja. Dan saya tidak dapat membaca kanji!
Karena itu kalau bepergian dengan subway, saya selalu minta dikawani oleh orang Tokyo atau yang sudah lama tinggal di Tokyo. Tetapi untuk meminta dijemput pukul 6 pagi, niscaya tidaklah mungkin.
Dari tempat mereka ke hotel tempat saya menginap akan memakan waktu kurang lebih satu jam, rata-rata. Jangankan pada musim gugur (waktu jam kantor mulai dibuka diundurkan setengah jam), pada musim panas sekalipun tidak mungkin meminta dijemput sepagi itu.
Baca juga: Awas, Jangan Pakai Kantong Plastik Hitam Untuk Bungkus Daging Kurban Idul Adha
Orang Jepang biasanya tidur larut, dan terbangun lambat. Maka itu mereka jarang mandi pagi, karena harus bergegas ke kantor. Umumnya orang Jepang hanya mandi malam hari sebelum tidur.
Supaya saya dapat tiba di mesjid Tokyo yang jaraknya kurang lebih satu jam dari hotel tempat saya menginap pada waktunya, maka saya harus berangkat jam setengah tujuh dari hotel — sendirian.
Untuk itu sehari sebelumnya saya telah meminta petunjuk dan peta kepada seorang Jepang, yang memberikan keterangan bagaimana caranya supaya-saya bisa sampai di Yoyogi Uehara, setasiun subway yang terdekat letaknya dengan mesjid Tokyo. Dari sana saya tinggal berjalan kaki beberapa menit.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR