Yang lebih aneh (lagi) ialah, ia menyimpan anaknya dalam kantung selagi belum berdikari. Kalau anak binatang lain terpaksa dipelihara dalam sarang yang banyak bahayanya, kanguru membawa anaknya dalam kantung seperti kita membawa kelereng dalam saku celana monyet.
Rata-rata 35 hari sesudah berbulan madu, induk kanguru melahirkan anaknya yang cuma 2 cm lembutnya, seberat 28 g. Melahirkan anak sekecil itu bagi induk yang 60 kg ya cuma seperti main-main saja.
Bayi kanguru yang telanjang bulat itu harus berjuang berat, mencari jalan dari lubang tempat ia dilahirkan, ke kantung induk yang lubangnya menghadap ke depan. Padahal ia dilahirkan di dekat pintu belakang.
Mengapa lubang kantungnya menghadap ke depan? Andaikan menghadap ke belakang ‘kan lebih gampang dimasuki jabang bayi yang berasal dari belakang itu!
(Baca juga: Mitos-Mitos Unik Hewan yang Mendatangi Rumah Kita)
Nah, inilah alasannya. Kalau induk itu harus meloncat-loncat dalam perjalanannya mencari selamat, kantung akan lebih aman menyimpan bawang bawaan kalau lubangnya menghadap ke atas (alias ke depan).
Bayi yang berhasil menemukan lubang dan masuk ke dalam kantung, kontan akan mangap. Mulutnya yang kecil mengenyut salah satu dari 4 puting induknya. Segera setelah dikenyut, putting ini mengembang dalam mulut si kecil.
Dan bayi itu tidak akan melepaskannya meskipun diajak meloncat-loncat dalam kantung. Ia kemudian tumbuh lebih lanjut selama 5 bulan, sampai menjadi anak yang berbulu.
(Baca juga: 12 Hewan Langka yang Belum Pernah Kita Dengar Sebelumnya, Nomor 9 Ditemukan di Indonesia)
Sebagai kelahiran kedua, anak itu menonjolkan kepalanya keluar kantung, untuk mengintip dunia luar. Makanannya sama dengan yang dimakan induknya, tanpa perlu keluar dari kantung.
Sesudah bisa keluar dan berjalan sendiri di alam bebas, anak kanguru masih suka kembali masuk ke kantung lagi, untuk minum susu dan mencari perlindungan kalau ada bahaya.
Satu-satunya musuh yang mengancam mereka ialah anjing liar Canis dingo; sejenis anjing yang tidak menyalak seperti anjing, tapi melolong panjang seperti serigala. Ekornya pun berbulu panjang seperti serigala. (Intisari)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR