Proyek Palapa Ring menggunakan skema pembiayaan kerja sama antara pemerintah dan swasta, di mana pemerintah hanya menyediakan 20 persen dari dana investasi, dan sisanya dari investor swasta.
Hal ini menyebabkan investor swasta menetapkan harga sewa Palapa Ring yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan.
Harga sewa Palapa Ring ini menjadi beban bagi operator telekomunikasi, terutama di wilayah timur, yang memiliki pendapatan dan jumlah pelanggan yang rendah.
Hal ini membuat operator telekomunikasi kurang berminat untuk memanfaatkan Palapa Ring, dan lebih memilih untuk menggunakan satelit atau jaringan lain yang lebih murah.
- Rendahnya minat operator
Selain harga sewa yang tinggi, operator telekomunikasi juga kurang tertarik untuk memanfaatkan Palapa Ring karena faktor lain, seperti regulasi, kompetisi, dan permintaan pasar.
Regulasi yang belum mendukung, seperti subsidi, insentif, dan kemitraan, membuat operator telekomunikasi tidak mendapatkan keuntungan dari memanfaatkan Palapa Ring.
Kompetisi yang ketat, terutama di wilayah barat, membuat operator telekomunikasi lebih fokus pada pasar yang sudah mapan dan menguntungkan, daripada memperluas pasar ke wilayah terpencil dan tertinggal.
Permintaan pasar yang rendah, terutama di wilayah timur, membuat operator telekomunikasi tidak melihat potensi dan peluang dari memanfaatkan Palapa Ring.
Demikian penjelasan tentang faktor apakah yang paling berpergaruh terhadap belum optimalnya Palapa Ring di Indonesia.
Semoga teknologi informasi Indonesia semakin berkembang pesat.
Baca Juga: Dampak Positif dan Negatif Perubahan Kebijakan Pemilihan Umum
KOMENTAR