Uraikan Mengenai Bentuk-bentuk Akulturasi Kebudayaan Islam Dengan Kebudayaan Yang Sudah Ada Di Nusantara

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Artikel ini akan uraikan mengenai bentuk-bentuk akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada di nusantara.
Artikel ini akan uraikan mengenai bentuk-bentuk akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada di nusantara.

Intisari-Online.com -Salah satu mudahnya Islam diterima oleh masyarakat Indonesia adalah kemampuannya untuk menyesuaikan diri dan melebur dengan tradisi lokal.

Proses ini sering kita kenal sebagai akulturasi budaya.

Artikel ini akan uraikan mengenai bentuk-bentuk akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada di nusantara.

Sebelum lebih jauh soal bentuknya, kami akan menguraikan terlebih dahulu apa itu akulturasi.

Akulturasi dan perkembangan budaya Islam di Indonesia dapat terlihat dari adanya seni bangunan dan budaya non fisik yang merupakan perpaduan antara budaya Islam dengan budaya lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi.

Menurut Merriam Webster Dictionary, akulturasi adalah penggabungan budaya sebagai hasil dari kontak yang berkepanjangan.

Sedangkan menurut Dictionary, akulturasi adalah proses mengadopsi ciri-ciri budaya atau pola sosial kelompok lain.

Mengutip UK Essays, Suinn dan Khoo mendefinisikan akulturasi adalah proses yang dapat terjadi ketika dua atau lebih budaya berinteraksi.

Akulturasi dan perkembangan budaya Islam

Mengutip Sumber Belajar Kemdikbud RI, berkembangnya kebudayaan Islam di nusantara menambah khasanah budaya nasional, memberikan dan menentukan corak pada kebudayaan bangsa Indonesia.

Perkembangan budaya Islam tidak menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada di Indonesia.

Karena kebudayaan yang berkembang di nusantara sudah begitu kuat di lingkungan masyarakat.

Sehingga terjadi akuturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada.

Hasil proses akulturasi antara kebudayaan masa pra-Islam dengan masa Islam masuk berbentuk fisik kebendaan (seni bangunan, seni ukir atau pahat dan karya sastra) serta pola hidup dan kebudayaan non fisik.

Bentuk lain akulturasi kebudayaan pra-Islam dan kebudayaan Islam adalah upacara kelahiran, perkawinan, kematian, selamatan pada waktu tertentu berbentuk kenduri pada masyarakat Jawa.

Misal selamatan (kenduri) 10 Muharam untuk memeringati Hasan-Husen (putra Ali bin Abu Thalib), Maulid Nabi (untuk memeringati kelahiran Nabi Muhammad), dan Ruwahan (Nyadran) untuk menghormati para leluhur atau sanak keluarga yang sudah meninggal.

Contoh akulturasi budaya Islam dan Indonesia

Ada beberapa contoh bentuk akulturasi budaya Islam dengan budaya Indonesia:

- Seni bangunan

Seni dan arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangat unik, menarik dan akulturatif.

Seni bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam di Indonesia adalah masjid, menara dan makam.

Seni bangunan Islam yang menonjol adalah masjid yang berfungsi utama sebagai tempat beribadah.

Selain itu juga sebagai pusat kebudayaan bagi orang-orang Muslim.

Ciri-ciri masjid kuno di Indonesia adalah:

1. Beratap tumpang atau bersusun, semakin ke atas semakin kecil, tingkat paling atas berbentuk limas, dan jumlah tumpang biasanya ganjil.

2. Tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan. Waktu salat ditandai dengan memukul beduk atau kentongan.

3. Umumnya didirikan di ibukota atau dekat istana kerajaan, di atas bukit atau dekat makam.

Contoh bangunan masjid kuno adalah Masjid Menara Kudus dan Masjid Banten.

Makam-makam zaman Islam biasanya berlokasi dekat dengan masjid agung, bekas kota pusat kesultanan.

Contoh makam sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak, makam raja-raja Mataram Islam Kota Gede DI Yogyakarta.

- Seni ukir

Walau seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam.

Maka seni patung tidak mengalami perkembangan, tetapi seni ukir atau seni pahat terus berkembang.

Seni hias yang berkembang adalah seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan, kaligrafi huruf Arab.

Muncul kreasi baru yaitu bila terpaksa melukiskan makhluk hidup disamarkan dengan berbagai hiasan agar tidak jelas berwujud hewan atau manusia.

Contoh ukiran di mimbar Masjid Gelgel Klungkung, Bali dan ukiran di Masjid Mantingan, Jepara Jawa Tengah.

- Aksara dan seni sastra

Perkembangan Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan.

Abjad Arab untuk menulis bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia.

Huruf Arab digunakan di bidang seni ukir. Berkembang seni kaligrafi.

Perkembangan sastra di zaman madya terpengaruh sastra Islam dan Persia tetapi tidak lepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya.

Sehingga terjadi akulturasi antara sastra Islam dengan sastra zaman pra-Islam.

Seni sastra zaman Islam berkembang di Melayu dan Jawa.

Bentuk seni sastra Islam berupa hikayat, babad, syair, dan suluk.

- Kesenian

Di Indonesia, Islam memunculkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan menyebarkan ajaran Islam.

Kesenian berupa permainan debus, tarian Seudati dari Aceh, dan pertunjukan wayang.

- Kalender

Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, kalender Islam dibenahi.

Perhitungan tahun yang dipakai berdasarkan peredaran bulan (komariyah) yang disebut tahun Hijriyah.

QUmar menetapkan 1 Hijriyah pada 14 September 622 Masehi.

Sistem kalender itu berpengaruh di Indonesia.

Bukti perkembangan sistem penanggalan kalender paling nyata adalah sistem kalender ciptaan Sultan Agung.

Dia melakukan sedikit perubahan nama-nama bulan pada tahun Saka.

Misal bulan Muharam diganti nama Sura dan Ramadhan diganti dengan Pasa.

Kalender tersebut dimulai 1 Muharam 1043 Hijriyah. Kalender Sultan Agung dimulai pada 1 Sura 1555 Jawa (8 Agustus 1633 Masehi).

Itulah artikel yanguraikan mengenai bentuk-bentuk akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada di nusantara.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News

Artikel Terkait