Indonesia Sering Mengalami Konflik Horizontal Antarpemeluk Agama Atau Antargolongan, Ini Tidak Akan Terjadi Jika...

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Sebagai negara yang bersifat plural, Indonesia sering mengalami konflik horizontal antarpemeluk agama yang berbeda atau antargolongan. Hal ini tidak akan terjadi jika dikembangkan sikap mutual akulturasi dan interseksi.
Sebagai negara yang bersifat plural, Indonesia sering mengalami konflik horizontal antarpemeluk agama yang berbeda atau antargolongan. Hal ini tidak akan terjadi jika dikembangkan sikap mutual akulturasi dan interseksi.

Intisari-Online.com -Sebagai negarayang bersifat plural, Indonesia sering mengalami konflik horizontal antarpemeluk agama yang berbeda atau antargolongan.

Hal ini tidak akan terjadi jika dikembangkan sikap mutual akulturasi dan interseksi.

Begini penjelasannya.

Mutual Akulturasi

Mutual akulturasi merupakan keterbukaan suatu kelompok terhadap kebudayaan baru dari kelompok lain.

Mutual akulturasi merupakan tahap awal terjadinya integrasi sosial.

Masyarakat bersikap terbuka dan menerima berbagai perbedaan.

Mutual alkulturasi diawali dari proses interseksi yang berjalan terus-menerus sehingga menimbulkan perasaan menyukai, menghargai, dan menghormati kebudayaan kelompok lain.

Mutual akulturasi dapat mempercepat proses modernisasi.

Interseksi

Interseksi yaitu suatu titik potong atau pertemuan keanggotaan kelompok sosial dari berbagai seksi meliputi agama, suku bangsa, jenis kelamin, dan kelas sosial.

Interseksi dapat terjadi melalui kerja sama dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial.

Interseksi terbentuk melalui interaksi sosial melalui sarana pergaulan dalam kebudayaan masyarakat.

Antara lain bahasa, kesenian, sarana transpor, pasar, sekolah dan lain-lain, yang berbeda latar belakang ras, agama, suku, jenis kelamin, tingkat ekonomi, pendidikan, yang bersama-sama menjadi anggota kelompok sosial tertentu atau penganut agama tertentu.

Dampak intersksi:

1) Meningkatkan solidaritas

Memperkuat hubungan anatar anggota dengan mengabaikan perbedaan vertikal dan horizontal di antara mereka.

Misalnya, perkumpulan penggemar bola yang mengabaikan perbedaan suku, ras, agama yang mereka anut ketika berkumpul dengan kelompoknya.

2) Menimbulkan potensi konflik

Perbedaan yang mereka miliki lebih menonjol dan semakin tajam.

Contohnya: contoh konflik yang terjadi dalam kompleks perumahan.

Mereka berasal dari latar belakang dan sosial budaya yang berbeda-beda.

Kenapa konflik sosial sering terjadi?

Konflik sosial adalah pertentangan, perselisihan, atau perseteruan yang terjadi antaranggota masyarakat.

Bisa juga dipahami bahwa konflik sosial adalah ketegangan, pertentangan, atau ketidaksepakatan beberapa pihak mengenai nilai juga kepentingan yang berbeda.

Bukan tanpa alasan, konflik sosial bisa terjadi dalam masyarakat.

Tentunya ada sejumlah faktor yang menjadi penyebabnya.

Apa saja faktor penyebab konflik sosial?

Mengutip situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, secara garis besar, konflik sosial disebabkan oleh:

- Perbedaan pendirian dan keyakinan

- Perbedaan kebudayaan

- Perbedaan kepentingan.

Pada intinya, penyebab konflik sosial yang paling utama adalah perbedaan.

Ketika perbedaan terjadi, artinya ada pertentangan di antara sejumlah pihak.

Lalu menurutbuku Pendalaman dan Pemantapan Materi IPS (2023) oleh Fritz Hotman, berikut beberapa faktor penyebab konflik sosial:

- Perbedaan pendirian dan perasaan

- Perbedaan latar belakang kebudayaan

- Perbedaan kepentingan antarindividu atau kelompok

- Situasi yang bertolak belakang

- Kesenjangan, seperti kesenjangan ekonomi, politik, dan budaya

- Perbedaan cara mencapai tujuan

Perbedaan status sosial.

Menurut Budi Sunarso dalam buku Resolusi Konflik Sosial (2023), penyebab konflik sosial dibagi menjadi dua, yaitu:

- Kemajemukan horizontal

Struktur masyarakat majemuk terdiri atas berbagai suku dan agama.

Saat kemajemukan ini terjadi, akan ada banyak perbedaan.

Misalnya perbedaan pekerjaan, perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan status sosial, dan lain-lain.

- Kemajemukan vertikal

Secara umum, konflik sosial disebabkan oleh struktur masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh stratifikasi sosial.

Hal ini akan melahirkan perbedaan status sosial, kekayaan, kekuasaan, kewenangan, dan sebagainya.

Dari penjelasan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya, faktor penyebab konflik sosial yang paling utama adalah perbedaan.

Sebagai makhluk individu dan sosial, sudah seharusnya, kita bisa memaknai perbedaan dengan cara yang lebih positif, agar konflik sosial tidak perlu terjadi.

Begitulah, sebagai negarayang bersifat plural, Indonesia sering mengalami konflik horizontal antarpemeluk agama yang berbeda atau antargolongan. Hal ini tidak akan terjadi jika dikembangkan sikap mutual akulturasi dan interseksi.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News

Artikel Terkait