Juga kekecewaan terhadap distribusi sumber daya alam di Aceh, dan peningkatan jumlah pendatang dari Jawa.
Pemerintah pusat saat itu disebut menerapkan politik sentralistis yang memicu tumbuhnya rasa kekecewaan di benak masyarakat Aceh.
Sayangnya, saat itu cara mengatasi Gerakan Aceh Merdeka yang diambil oleh pemerintah pusat kurang tepat hingga muncul perlawanan yang kemudian dimanfaatkan kelompok tersebut untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Pada akhirnya konflik yang terjadi sejak 1976 hingga 2005 ini justru merugikan kedua belah pihak dan telah menelan nyawa sebanyak hampir 15.000 jiwa.
Kronologi Konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
1976-1977
Setelah deklarasi Hasan Tiro pada 1976, milisi GAM mulai melakukan gerakan-gerakan represif.
Perlawanan yang terjadi melalui teknik gerilya itu menewaskan milisi GAM dan juga masyarakat sipil.
Meskipun begitu, gerakan milisi GAM berhasil digagalkan oleh pemerintah pusat dan kondisi bisa dinetralisir.
1989-1998
GAM kembali melakukan aktivitas setelah mendapatkan dukungan dari Libya dan Iran berupa peralatan militer.
Pelatihan perang yang didapat di luar negeri menyebabkan perlawanan mereka tertata dan terlatih dengan baik sehingga sulit dikendalikan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR