Intisari-Online.com -Perjuangan Nabi Muhammad saat masih berada di Mekkah adalah perjuangan melawan keluarga sendiri.
Tentu berbeda dengan kondisi saat berada di Madinah.
Artikel ini akan membahas tentang sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode Madinah.
Madinah sebelum Islam datang dikenal sebagai Yatsrib.
Yatsrib adalah kota yang dihuni olehberbagai komunitas dan agama yang tidak jarang berselisih.
Meskipun begitu, masyarakat Madinah dikenal berhati lembut dan penuh pertimbangan.
Karena itulah dakwah Islam pun lebih mudah diterima daripada di Mekkah.
Di Mekkah,para pemuka dan bangsawan kafir Quraisy adalah penentang Islam yang paling gigih.
Mereka bahkan tak segan mencelakai Nabi Muhammad dan pengikutnya.
Akibat tekanan dan gangguan dari masyarakat kafir Quraisy, Nabi Muhammad atas perintah Allah hijrah ke Madinah pada tahun 622.
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad ke Madinah
Sebelum Islam masuk, masyarakat di Kota Madinah terdiri dari dua kelompok besar, di antaranya:
- Suku Yahudi: Bani Qainuqa, Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Gathfan
- Suku Arab: Bani 'Aus dan Bani al-Khazraj
Pada 622, Nabi Muhammad SAW memutuskan hijrah dari Mekkah ke Madinah setelah tekanan dan ancaman dari kaum kafir Quraisy semakin buruk.
Nabi Muhammad memerintahkan para sahabat untuk lebih dulu pergi ke Madinah.
Berita rencana kepergian Nabi Muhammad ke Madinah pun didengar oleh kaum Quraisy, yang kemudian mengadakan pertemuan pada 12 September 622.
Pertemuan itu mereka membahas mengenai rencana menghalangi atau membunuh Nabi Muhammad sebelum berangkat ke Madinah.
Beruntung, rencana pembunuhan itu diketahui oleh Nabi Muhammad, yang bersama Abu Bakar kemudian pergi dari Mekkah pada tengah malam agar tidak terlihat oleh siapa pun.
Kaum Quraisy berusaha mengejar Nabi Muhammad tetapi tidak berhasil.
Sebelum sampai di Madinah, Nabi Muhammad dan Abu Bakar lebih dulu singgah di Quba pada 23 September 622, selama empat hari.
Sewaktu di sana, Nabi Muhammad membangun sebuah masjid di atas tanah milik Kalsum bin Hindun, yang sekarang dikenal sebagai Masjid Quba.
Setelah itu, Nabi Muhammad melanjutkan perjalanannya menuju Madinah dan sampai pada 27 September 622.
Dakwah Nabi Muhammad di Madinah
Kedatangan Nabi Muhammad SAW di Madinah mendapat sambutan baik dari masyarakat di sana.
Karena itulah Nabi Muhammad dapat melakukan dakwah Islam dengan sangat baik, karena mendapat dukungan dari penduduk di Madinah.
Selain itu, perjuangan Nabi Muhammad di Madinah juga didukung oleh kaum Muhajirin, atau penduduk Mekkah yang ikut hijrah ke Madinah.
Berikut adalah langkah-langkah dakwah Nabi Muhammad di Madinah.
Membangun masjid
Masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad di Madinah adalah Masjid Nabawi, yang didirikan di atas tanah milik kedua anak yatim, yaitu Sahl dan Suhail.
Tanah yang terdapat pohon kurma dan pemakaman tua tersebut dibeli oleh Nabi Muhammad untuk dibangun masjid di atasnya.
Nabi Muhammad pun meminta agar pohon itu ditebang serta menggali dan memindahkan pemakaman yang ada di sana.
Begitu selesai dibangun, Masjid Nabawi tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk kepentingan sosial-politik dan pendidikan Islam.
Berdirinya Masjid Nabawi menjadi tonggak berdirinya masyarakat Islam dan langkah awal pembangunan kota.
Menjalin persaudaraan baru (al-Muakhhat)
Saat hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad tidak membawa perbekalan yang cukup, sehingga habis dalam perjalanan.
Melihat kondisi ini, penduduk Madinah rela memberi sebagian hartanya kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Ada yang memberikan pohon kurma dan lahan pertanian agar bisa diolah dengan sistem bagi hasil, ada pula yang memberikan harta tanpa meminta balasan apa pun.
Pemberian-pemberian ini pun dikelola oleh Nabi Muhammad dengan sangat baik, sehingga kebutuhan ekonomi mereka dapat terpenuhi.
Lewat kejadian ini, terciptalah hubungan tali persaudaraan antara kaum Muhajirin dari Mekkah dengan kaum Anshar (orang-orang Madinah).
Melakukan perjanjian dengan Yahudi Madinah
Sebelum Islam datang, salah satu kelompok besar yang menghuni Madinah adalah orang Yahudi.
Untuk kelangsungan kehidupan, baik sosial maupun agama, Nabi Muhammad mencoba menjalin hubungan baik dengan masyarakat Yahudi.
Nabi Muhammad melakukan hal ini dengan sangat hati-hati agar masyarakat Yahudi tidak menanggap keberadaannya dan para sahabat sebagai suatu ancaman.
Oleh sebab itu, Nabi Muhammad melakukan musyawarah dengan para sahabat untuk merumuskan sebuah aturan.
Isi dari aturan ini adalah kaum Muhajirin, Anshar, dan Yahudi bersedia untuk hidup berdampingan dengan damai.
Aturan ini kemudian dikenal sebagai Piagam Madinah yang ditulis pada tahun 623.
Membangun pasar
Nabi Muhammad ingin masyarakat Madinah memiliki tempat bisnis yang baik, demi mencapai stabilitas sosial, politik, dan ekonomi.
Maka dari itu, Nabi Muhammad membangun sebuah pasar dengan lokasi yang strategis, yaitu di sebelah barat Masjid Nabawi.
Nabi Muhammad mendirikan pasar yang berfungsi untuk menjual barang atau komoditas yang diperjualbelikan, seperti ternak, bahan makanan, dan sejenisnya.
Begitulah artikel tentangsejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode Madinah, semoga bermanfaat.
Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News