Intisari-online.com - Pada masa awal berkembangnya Islam, Nabi Muhammad SAW mengirim surat kepada dua kerajaan terbesar di dunia kala itu, yakni Kerajaan Byzantium/Romawi dan Kerajaan Persia.
Surat tersebut berisi ajakan agar para raja dari kedua kerajaan tersebut bersedia memeluk agama Islam.
Raja Byzantium menerima dengan hormat surat dari Nabi Muhammad, tapi menolak dengan halus ajakan untuk memeluk Islam.
Sementara, raja Persia yakni Raja Khosrau II atau lebih terkenal dengan panggilan Raja Kisra sebaliknya.
Sang raja Persia merobek-robek surat dari Nabi Muhammad dan mencaci-makinya dengan hebat.
Ketika kabar surat tersebut sampai ke telinga Rasulullah, beliau kemudian berdoa agar Allah juga merobek-robek kerajaan yang dipimpin Raja Kisra.
Raja Persia tersebut kemudian meminta gubernurnya di Yaman agar mengirimkan dua utusan tangguh ke Madinah.
Utusan tersebut dibekali surat yang berisi hinaan dan ancaman kepada Nabi Muhammad supaya bersedia mengabdi kepada Kerajaan Persia.
Singkat cerita, dua utusan tersebut akhirnya berjumpa dengan Nabi Muhammad dan memberikan surat dari rajanya.
Nabi Muhammad tersenyum setelah mengetahui isi surat tersebut.
Dia kemudian meminta kedua utusan Persia tersebut pulang dan berkata bahwa Allah akan mengoyak-oyak kerajaan yang dipimpin Raja Kisra.
Dan benar saja, tak lama setelah merobek surat Nabi, nasib Kisra berubah drastis.
Putra mahkota Kisra, yang juga putranya sendiri, memimpin aksi kudeta.
Dalam kekacauan dan pertempuran di istana, Raja Kisra dibunuh oleh anaknya sendiri.
Kekuasaannya terkoyak, dan seluruh keluarganya menghadapi akhir tragis.