Intisari-Online.com -Pernah suatu ketika umat Islam dipimpin oleh orang-orang begitu dekat dengan Rasulullah Nabi Muhammad SAW.
Mereka sering dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin.
Artikel ini akan membahas tentang sejarah perjuangan dan kepribadian Khulafaur Rasyidin saat memimpin umat Islam.
Mengutip Kompas.com, Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan pertama yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632 masehi.
Khulafaur Rasyidin berjumlah empat khalifah.
Mereka adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Pada masa kepemimpinannya, Khulafaur Rasyidin memberi kontribusi besar dalam peradaban Islam.
Para khalifah yang berkuasa selalu menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kepemimpinannya dan mereka dikenal mempunyai perilaku terpuji yang patut diteladani umatnya.
Pada masa kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang dari Jazirah Arab, Levant, Kaukasus, sebagian Afrika Utara, dataran tinggi Iran, dan Asia Tengah.
Khulafaur Rasyidin berasal dari dua kata, khulafadan ar-rasyidin.
Khulafa adalah bentuk jamak dari khalifah, yang artinya pengganti, pemimpin, atau penguasa yang diangkat setelah Nabi Muhammad untuk melanjutkan tugas beliau sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan, tetapi bukan sebagai nabi atau rasul.
Sedangkan rasyidin adalah bentuk jamak dari ar-rasyid yang artinya orang yang mendapat petunjuk.
Jadi menurut bahasa, Khulafaur Rasyidin adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin, atau penguasa yang selalu mendapat petunjuk dari Allah.
Setelah Nabi Muhammad wafat, umat muslim sempat mengalami kebingungan karena beliau tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikanya sebagai pemimpin umat Islam.
Hal itu secara tidak langsung memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk membuat model pemilihan khalifah.
Tidak lama kemudian, sejumlah tokoh Muhajirin dan Ansar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah.
Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin selanjutnya.
Musyawarah tersebut berjalan cukup alot, karena masing-masing pihak sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.
Abu Bakar kemudian menengahi dengan mengatakan bahwa umat Islam hendaknya memilih seseorang yang tidak pernah meminta kekuasaan, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad.
Selain itu, kekhalifahan seharusnya dipegang oleh orang yang mampu memegang amanah, tidak gila akan kekuasaan, peka terhadap masyarakat, dan tidak silau harta.
Dengan kriteria tersebut, umat muslim sepakat memilih Umar bin Khattab.
Tapi Umar bin Khattab menolak dan justru meminta Abu Bakar untuk menjadi pemimpin.
Penyataan Umar bin Khattab pun diamini oleh kaum Muhajirin dan Ansar serta seluruh umat Islam.
Dengan demikian, Abu Bakar resmi diangkat menjadi khalifah pertama yang mendapat amanah untuk melanjutkan kekhalifahan Islam.
Khulafaur Rasyidin memegang kendali pemerintahan Islam selama kurang lebih 30 tahun, dari 632-661 masehi, dan setiap khalifah mempunyai kebijakan berbeda.
Abu Bakar As Siddiq (632-634 M)
Pada masa pemerintahan Abu Bakar As Siddiq (632-634 M), terjadi Perang Riddah atau perang melawan kemurtadan untuk mengatasi perpecahan yang terjadi setelah Nabi Muhammad wafat.
Di akhir kepemimpinannya, Abu Bakar memperluas daerah kekuasaan dengan mengirim tentara ke luar.
Umar bin Khattab (634-644 M)
Ketika Abu Bakar digantikan Umar bin Khattab (634-644 M), Islam mengalami kemajuan sangat pesat.
Pasukannya berhasil mengalahkan dua kekuatan besar saat itu, yakni Romawi di Barat dan Persia di Timur.
Selain itu, kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Umar meliputi jazirah Arab, Palestina, Suriah, sebagian Persia, dan Mesir.
Umar juga mengesahkan ketentaraan, kepolisian, pekerja umum, sistem kehakiman, hisbah (pengawasan) terhadap pasar, membangun pusat pengawasan terhadap takaran atau timbangan, mencetak uang negara serta membangun Departemen Pajak dan Tanah (Diwan al Kharj) dan Departemen Keangan (Diwan al Mal).
Sedangkan kepada kelompok nonmuslim, Umar memberikan kemerdekaan beragama.
Usman bin Affan (644-655 M)
Di masa kepemimpinan Usman, umat Islam mengalami era paling makmur dan sejahtera.
Wilayah Islam diperluas hingga ke Tripoli, Armenia, Turkistan, dan Cyprus.
Namun di periode kedua, terjadi perpecahan dan pemberontakan karena jabatan-jabatan strategis di pemerintahan diberikan Usman kepada keluarganya dari Bani Umayyah.
Pada 655 M, sekitar 1.500 orang bahkan datang ke Madinah untuk memprotes kebijakan Usman.
Ali bin Abi Talib (655-660 M)
Ali bin Abi Talib berusaha mengatasi pemberontakan dengan menarik para amir yang sebelumnya diangkat oleh Usman.
Dia juga mengambil alih tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatan kepada negara.
Ali bin Abi Talib juga menghadapi pemberontakan dari Talhah, Zubair, dan Aisyah karena tidak mau menghukum pembunuh Usman.
Mereka minta agar ada pembalasan dan meletuslah Perang Jamal (unta) karena Aisyah menunggang unta.
Di akhir pemerintahannya, umat terpecah menjadi tiga golongan dan Ali bin Abi Talib terbunuh oleh salah satunya.
Wafatnya Ali menandai berakhirnya Khulafaur Rasyidin.
Itulahsejarah perjuangan dan kepribadian Khulafaur Rasyidin saat memimpin umat Islam, semoga bermanfaat.
Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News