Intisari-Online.com - Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, sepertinya peribahasa itu kurang berlaku bagi Amangkurat I.
Bagaimana tidak, bila dibanding sang ayah, Sultan Agung, Amangkurat I punya tabiat yang sangat berbeda.
Bila Sultan Agung adalah raja Mataram yang begitu dicintai rakyatnya, Amangkurat I adalah raja yang hidup bergelimang kontroversi.
Mulai dari keputusannya yang memilih berteman dengan VOC hingga caranya memerintah kerajaan.
Termasuk saat Mataram Islam membangun keraton baru di Plered yang pembangunannya dimulai pada 1648.
Mengutip buku Disintegrasi Mataram Di Bawah Amangkurat I, saat itu Amangkurat I melihat bahwa penguasa-penguasa pesisir sangat kaya raya.
Tak lama kemudian, Amangkurat I membuat semacam sensus penduduk.
Tujuannya untuk penerapan pajak yang gila-gilaan.
Dalam penerapan pajak itu, Amangkurat I memberlakukan larangan bepergian.
Dia juga mengerahkan petugas-petugas pajak sangat untuk mengawasi kelaurga-keluarga kaya.
Besar pajaknya adalah satu riyal, jika tak bisa bayar diganti dengan kewajiban menyetor 10 ikat besar padi.
Tak hanya itu, Amangkurat I juga menerapkan pengawasan yang begitu ketat terhadap para penguasa pesisir itu.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR