Baca Juga: Nikel, Emas, dan Tembaga, Tiga Komoditas Mineral Andalan Indonesia di Pasar Global
Wilayah yang menjadi penghasil nikel di Sulteng antara lain Morowali Utara, Morowali Selatan, Banggai Laut, Banggai Kepulauan, dan Tojo Una-Una.
Salah satu perusahaan tambang nikel terbesar di Sulteng adalah PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), yang beroperasi sejak tahun 2013 dan memiliki konsesi seluas 2.000 hektare.
Perusahaan ini mengolah bijih nikel menjadi feronikel dan stainless steel yang diekspor ke China dan Eropa.
Sulawesi Selatan memiliki potensi tambang nikel yang relatif kecil dibandingkan dua provinsi lainnya di Sulawesi, yaitu sekitar 7.163 hektare.
Wilayah yang menjadi penghasil nikel di Sulsel antara lain Luwu Timur dan Luwu Utara.
Salah satu perusahaan tambang nikel terbesar di Sulsel adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang beroperasi sejak tahun 1975 dan memiliki konsesi seluas 1.265 hektare.
Perusahaan ini mengolah bijih nikel menjadi feronikel yang diekspor ke Jepang dan Korea Selatan.
Tambang nikel di Sulawesi memiliki dampak positif dan negatif bagi lingkungan dan masyarakat.
Dampak positifnya antara lain meningkatkan perekonomian daerah melalui peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal, dan mendukung program hilirisasi industri pertambangan nasional.
Dampak negatifnya antara lain menimbulkan pencemaran udara, air, dan tanah akibat limbah tambang, merusak ekosistem hutan dan laut akibat pembukaan lahan tambang, dan menimbulkan konflik sosial akibat sengketa lahan antara perusahaan tambang dengan masyarakat adat.
Maluku
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR