Pedagang dari Arab dan India dapat membeli barang-barang berkualitas dari berbagai penjuru Nusantara, seperti cengkih, pala, kayu cendana, kapur barus, dan timah.
Di masa ini, industri perkapalan dan pelayaran berkembang pesat.
Di pelabuhan Malaka, selain berlangsung transaksi perdagangan, pemerintah kerajaan juga meraup pendapatan dari pajak.
Kapal yang singgah untuk berdagang atau mengisi bahan bakar dan persediaan awak, ditarik pajak niaga serta pajak pelabuhan.
Meski hanya berdiri sekitar satu abad, Kerajaan Malaka tidak saja menjadi salah satu pelabuhan perdagangan teramai dunia.
Tapi juga menjadi tempat penyebaran agama Islam, pengetahuan, dan sastra.
Memasuki abad ke-16, kejayaan Malaka sebagai pusat perdagangan dunia meredup.
Kejayaan Malaka harus berakhir pada 1511, ketika bangsa Portugis melakukan penaklukan.
Tidak seperti bangsa China yang menjalin hubungan dagang dengan Malaka semata-mata untuk kepentingan ekonomi, bangsa Eropa cenderung tergoda untuk melakukan penaklukan.
Sejak penaklukan Malaka, para pedagang Muslim mancanegara beralih ke Kerajaan Aceh.
Lalu apa yang membuat Portugis begitu tergiur menaklukkan Malaka?
Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Ustmani, Eropa mengalami kriris.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR