Selat Malaka, yang terletak di antara Semenanjung Melayu dan Pulau Sumatera, sejak zaman kuno telah berperan penting bagi kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.
Seperti Sriwijaya, Majapahit, dan China.
Bahkan, Selat Malaka dikenal sebagai Jalur Sutra yang menghubungkan perdagangan antara Timur dan Barat.
Menyadari adanya peluang besar dengan berdiri di dekat Selat Malaka, yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional, Raja Malaka memaksimalkan potensi maritim untuk membangun kerajaan.
Kelahiran Kerajaan Malaka sebagai kerajaan maritim mengakibatkan perpindahan konsentrasi kegiatan dagang yang semula dipegang Samudera Pasai.
Untuk mendukung aktivitas perdagangan dan pelayaran, Kerajaan Malaka membangun pelabuhan yang menjadi pintu masuk kapal-kapal dagang asing dari Barat menuju Timur.
Meski secara geografi kotanya tergolong kecil, tetapi Malaka merupakan pelabuhan besar untuk berdagang komoditas berharga di dunia.
Keberhasilan Kerajaan Malaka dalam membangun sektor maritim tidak dapat dilepaskan dari peran China.
Sumber-sumber sejarah China pada abad ke-15 menujukkan bahwa Dinasti Ming mengirim utusan pada 1403 dan 1407 ke Malaka.
Utusan China tersebut membawa sejumlah hadiah yang dipersembahkan untuk Raja Malaka.
Bahkan, mereka juga membawa Raja Malaka beserta istri dan anaknya untuk berkunjung ke China.
Kedatangan utusan-utusan China tidak hanya menandai keberadaan Kerajaan Malaka.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR