Intisari-Online.com -Kerajaan Mataram Kuno adalah salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa.
Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-8 hingga abad ke-10 Masehi.
Kehidupan politik Kerajaan Mataram Kuno sangat menarik untuk dikaji, karena menunjukkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pemerintahan, agama, budaya, dan ekonomi.
Artikel ini akan membahas tentang tiga hal utama yang berkaitan dengan kehidupan politik Kerajaan Mataram Kuno.
Dengan membaca artikel ini, Anda akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan mendalam tentang politik Kerajaan Mataram Kuno yang beragam dan dinamis.
1) Raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
Kerajaan Mataram Kuno menganut sistem pemerintahan monarki, di mana raja memiliki kekuasaan tertinggi dalam mengatur segala urusan kerajaan.
Raja dianggap sebagai dewa yang menjelma di bumi, sesuai dengan konsep kosmogonis yang berkembang pada masa Hindu-Buddha.
Dalam diri raja terkandung delapan dewa, yaitu Indra, Yama, Surya, Soma, Wayu, Kuwera, Waruna, dan Agni.
Oleh karena itu, raja harus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dengan berdasarkan pada dharma, yaitu kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan.
Baca Juga: Kehidupan Sosial Kerajaan Singasari, Memiliki Dua Kelas Utama
Raja juga bertanggung jawab untuk memberantas kejahatan dan memberi penghargaan kepada orang-orang yang berjasa, bijaksana, dan baik hati.
Selain itu, raja harus menjaga ketentraman dan kemakmuran rakyatnya.
2) Ada dua dinasti yang memerintah secara bergantian
Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh dua dinasti yang berbeda latar belakang agama dan budaya, yaitu Wangsa Sanjaya (Hindu) dan Wangsa Syailendra (Buddha).
Wangsa Sanjaya menguasai wilayah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah bagian utara, sementara Wangsa Syailendra di Jawa Tengah bagian selatan.
Pendiri Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Hal ini dibuktikan oleh Prasasti Canggal dan Carita Parahyangan.
Raja Sanjaya dikenal sebagai seorang pemimpin yang cakap, taat beragama, baik hati, dan bijaksana.
Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Mataram Kuno berhasil memperluas wilayahnya dan menciptakan kehidupan yang sejahtera bagi rakyatnya.
Kerajaan Mataram Kuno juga menjadi pusat pembelajaran agama Hindu, yang ditandai dengan banyaknya pendeta yang datang dan tinggal di Mataram.
Setelah Raja Sanjaya meninggal dunia, tahtanya diwarisi oleh putranya, Rakai Panangkaran.
Namun, setelah Rakai Panangkaran wafat, terjadi perpecahan di dalam Kerajaan Mataram Kuno antara Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
Baca Juga: Mengapa Kerajaan Majapahit Dianggap Sebagai Puncak Kejayaan Maritim di Nusantara?
Perpecahan ini berlangsung selama sekitar satu abad, hingga akhirnya terjadi pernikahan antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra.
Pernikahan ini menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-9.
3) Sistem pajak sebagai sumber pendapatan kerajaan
Kerajaan Mataram Kuno mengandalkan pajak sebagai sumber pendapatan dan kekayaan kerajaan.
Pajak ditarik dari desa-desa setelah panen sebanyak dua kali dalam setahun.
Uang pajak kemudian diserahkan kepada raja oleh pemimpin daerah.
Selain membayar pajak, rakyat Mataram Kuno juga harus mengikuti kerja bakti di proyek-proyek kerajaan. Salah satu proyek kerja bakti yang terkenal adalah pembangunan candi-candi megah.
Demikianlah artikel ini membahas tentang kehidupan politik Kerajaan Mataram Kuno. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Baca Juga: Kehidupan Sosial Kerajaan Mataram Kuno, Terbagi dalam 4 Kasta