Baca Juga: Sosok Jenderal Hoegeng, Polisi Paling Jujur dan Anti Suap Menurut Gus Dur
Pada tahun 1927, ia terlibat dalam Kongres Sarekat Islam di Bandung yang memutuskan untuk mengubah nama SI menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Ia juga menjadi salah satu pendiri Persatuan Umat Islam (PUI) yang merupakan organisasi keagamaan yang berafiliasi dengan PSII.
Lalu menjadi anggota pengurus pusat PUI dan kemudian menjadi ketua PUI cabang Cirebon pada tahun 1928.
Pada tahun 1930, ia pindah ke Jakarta dan menjadi anggota pengurus pusat PSII.
Ia juga menjadi redaktur surat kabar Fadjar Asia yang merupakan organ PSII.
Kemudian menulis banyak artikel tentang isu-isu keislaman, kemerdekaan, dan perjuangan rakyat.
Pada tahun 1937, ia terpilih menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) yang merupakan lembaga perwakilan rakyat di bawah pemerintahan kolonial Belanda.
Ia mewakili fraksi PSII dan menjadi salah satu anggota Volksraad yang paling vokal dalam menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia.
Beliau juga aktif dalam berbagai komisi dan panitia yang membahas berbagai masalah seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, perkebunan, dan lain-lain.
Pada tahun 1941, ia terpilih kembali menjadi anggota Volksraad untuk periode kedua.
Namun, sebelum ia bisa dilantik, Jepang menyerang dan menduduki Indonesia pada bulan Maret 1942.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR