Intisari-online.com - Salah satu lembaga negara yang memiliki tugas penting dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, serta menegakkan hukum di Indonesia adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
Polri memiliki sejarah yang panjang dan peran yang besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Di balik sejarah Polri, terdapat sosok yang dihormati sebagai pendirinya, yaitu Jenderal Polisi (Purn.) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.
Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo terlahir di Bogor pada tanggal 7 Juni 1908 dari pasangan R. Martomihardjo, seorang pamong praja asal Purworejo, dan Kasmirah, seorang wanita asal Ciawi.
Soekanto menyelesaikan pendidikan formalnya di Frobel School (Taman Kanak-kanak), ELS (Sekolah Dasar Eropa), HBS (Sekolah Menengah Atas Belanda), dan RHS (Sekolah Tinggi Hukum Belanda). Selain itu, ia juga belajar ilmu kepolisian di Sekolah Polisi Hindia Belanda di Sukabumi.
Soekanto memulai karier kepolisiannya pada tahun 1930 sebagai polisi bantuan di Jakarta.
Ia kemudian naik pangkat menjadi komisaris polisi pada tahun 1936 dan menjadi komandan polisi di Jakarta pada tahun 1942.
Pada masa pendudukan Jepang, Soekanto tetap bertugas sebagai komandan polisi di Jakarta, namun ia juga terlibat dalam gerakan perlawanan melawan Jepang bersama tokoh-tokoh nasionalis lainnya.
Dua hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekanto memproklamasikan Pasukan Polisi Republik Indonesia (PPRI) sebagai bagian dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Ia juga menghidupkan kembali nama Bhayangkara sebagai sebutan untuk anggota polisi, yang berasal dari pasukan pengamanan kerajaan Majapahit pada zaman Gajah Mada.
Nama Bhayangkara kemudian menjadi inspirasi bagi nama hari jadi Polri, yaitu Hari Bhayangkara yang diperingati setiap tanggal 1 Juli.
Pada tanggal 29 September 1945, Soekanto diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Djawatan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pertama.
Ia bertugas selama 14 tahun hingga tahun 1959.
Selama masa jabatannya, Soekanto berhasil membentuk dan membangun organisasi kepolisian nasional yang profesional dan modern.
Ia juga menghadapi berbagai tantangan dan konflik, seperti agresi militer Belanda, pemberontakan DI/TII, PRRI/Permesta, dan G30S/PKI.
Soekanto dikenal sebagai sosok yang visioner, disiplin, jujur, dan konsisten terhadap komitmen dalam menjalankan tugasnya.
Beliau juga dikenal sebagai sosok yang sederhana dan rendah hati.
Ia rela tinggal di rumah kontrakan bersama keluarganya dan tidak pernah menerima fasilitas-fasilitas mewah dari negara.
Kemudian juga menjadi panutan bagi bawahannya dan masyarakat luas.
Soekanto meninggal dunia pada tanggal 25 Agustus 1993 di Jakarta dalam usia 85 tahun.
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara kenegaraan.
Atas jasa-jasanya yang besar bagi bangsa dan negara, Soekanto mendapat gelar pahlawan nasional pada tahun 2000.
Sosoknya juga mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Abdurrahman Wahid.
Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo adalah sosok yang patut dihormati dan diteladani oleh seluruh rakyat Indonesia, khususnya anggota Polri.
Ia adalah pendiri Polri yang telah meletakkan dasar-dasar kepolisian nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Lalu dikenal sebagai Bapak Bhayangkara yang telah menginspirasi nama hari jadi Polri.
Semoga semangat dan dedikasi Soekanto dapat terus hidup dan berkembang di dalam tubuh Polri.