Pemberontakan ini dikenal sebagai PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera dan Permesta (Piagam Perjuangan Semesta) di Sulawesi.
Pemberontakan ini didukung oleh sebagian besar kader Masyumi, tetapi ditentang oleh PKI.
Baca Juga: Bikin Penasaran, Inilah Sosok Yang Memegang Saham Mayoritas PT Freeport Indonesia
Di sisi lain, Masyumi dan PKI juga pernah berada di pihak yang sama dalam beberapa isu penting, seperti:
1. Konstituante: Pada tahun 1956, terbentuk sebuah lembaga yang bertugas untuk menyusun konstitusi baru bagi Indonesia yang disebut Konstituante.
Lembaga ini terdiri dari anggota-anggota yang dipilih melalui pemilu 1955.
Masyumi dan PKI adalah dua partai besar yang memiliki kursi terbanyak di Konstituante, yaitu masing-masing 49 dan 45 kursi.
Kedua partai ini bersama-sama menolak usulan PNI untuk mengembalikan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
2. Demokrasi Terpimpin: Pada tahun 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan Konstituante dan mengembalikan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Dekrit ini juga memulai era Demokrasi Terpimpin yang memberikan kekuasaan besar kepada Soekarno sebagai presiden sekaligus pemimpin tertinggi revolusi.
Dekrit ini ditentang oleh Masyumi dan PKI sebagai pelanggaran terhadap demokrasi dan kedaulatan rakyat.
3. Nasakom: Pada tahun 1960, Soekarno mencetuskan konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) sebagai dasar ideologi negara.
Konsep ini bertujuan untuk menyatukan berbagai aliran politik di Indonesia dalam satu kesatuan revolusioner.
Konsep ini didukung oleh PKI sebagai upaya untuk mendapatkan legitimasi politik dari Soekarno, tetapi ditolak oleh Masyumi sebagai upaya untuk melemahkan peran Islam dalam politik.
Akhir persaingan
Pertarungan ideologi dan kekuasaan antara Masyumi dan PKI berakhir dengan tragis pada tahun 1965-1966.
Setelah terjadi G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia), sebuah kudeta yang diduga dilakukan oleh PKI untuk membunuh sejumlah jenderal Angkatan Darat, terjadi pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisan PKI oleh militer dan kelompok-kelompok anti-komunis.
Jumlah korban tewas diperkirakan antara 500 ribu hingga 3 juta orang.
Masyumi juga tidak luput dari dampak G30S/PKI. Partai ini dituduh terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta yang dianggap sebagai bagian dari rencana PKI untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno.
Partai ini juga dituduh mendukung gerakan anti-komunis yang melakukan pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisan PKI. Akibatnya, partai ini dibubarkan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR