Namun, hal ini juga membuat kerajaan semakin tergantung pada Belanda dan kehilangan banyak wilayah kekuasaannya.
2) Pemberontakan Trunojoyo
Faktor kedua yang menjadi penyebab kemunduran Kerajaan Mataram Islam adalah pemberontakan Trunojoyo. Trunojoyo adalah seorang bangsawan dari Madura yang menentang kekuasaan Mataram karena merasa tidak dihargai oleh Amangkurat I. Ia juga tidak suka dengan campur tangan VOC dalam urusan kerajaan.
Trunojoyo kemudian memimpin pemberontakan bersama dengan Raden Kajoran, seorang adipati dari Kediri yang juga tidak puas dengan Mataram.
Mereka berhasil merebut sebagian besar wilayah Jawa Timur dari tangan Mataram dan mendirikan Kerajaan Madura Baru. Trunojoyo bahkan menyatakan dirinya sebagai raja baru di Jawa.
Pemberontakan Trunojoyo ini sangat mengancam eksistensi Kerajaan Mataram Islam. Amangkurat I tidak mampu menghadapi Trunojoyo karena sedang sibuk mengurus pemberontakan Pangeran Alit. Ia kemudian meminta bantuan VOC untuk menghentikan Trunojoyo.
Namun, hal ini juga membuat kerajaan semakin berutang kepada Belanda dan harus menyerahkan beberapa wilayah sebagai ganti bantuan tersebut.
3) Perjanjian Giyanti
Faktor ketiga yang menjadi penyebab kemunduran Kerajaan Mataram Islam adalah adanya Perjanjian Giyanti. Perjanjian ini merupakan hasil dari perundingan antara VOC, Pakubuwana III, dan Pangeran Mangkubumi. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 di Dukuh Kerten, Desa Jantiharjo, Karanganyar, Jawa Tengah.
Perjanjian Giyanti secara resmi membagi kekuasaan Mataram kepada Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi. Pakubuwana III tetap menjadi raja Mataram dengan wilayah kekuasaan di sebelah timur Sungai Bengawan Solo.
Ia berkedudukan di Surakarta dan mendirikan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi menjadi raja baru dengan wilayah kekuasaan di sebelah barat Sungai Bengawan Solo. Ia berkedudukan di Yogyakarta dan mendirikan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
KOMENTAR