Pedagang burung itu pun menuruti permintaan Juru Taman dan melepaskan burung-burung pipit itu satu per satu. Namun, tidak ada satupun burung pipit yang berubah menjadi singgasana kerajaan.
Semua burung pipit itu terbang bebas ke udara tanpa ada yang berubah bentuk. Juru Taman merasa kecewa dan putus asa.
Ia merasa tidak akan pernah bisa mengembalikan singgasana kerajaan dan terbebas dari hukuman Sultan Agung.
Pedagang burung itu juga merasa bingung dan heran. Ia bertanya-tanya mana burung pipit yang sebenarnya adalah singgasana kerajaan.
Ia lalu ingat bahwa ia masih menyimpan satu burung pipit lagi di dalam sangkarnya. Ia lalu mengambil sangkar itu dan membukanya.
Di dalamnya ada seekor burung pipit yang tampak lebih besar dan lebih indah dari burung-burung pipit lainnya.
Pedagang burung itu lalu melepaskan burung pipit itu di depan Juru Taman. Tiba-tiba, terjadi keajaiban. Burung pipit itu berubah menjadi singgasana kerajaan yang megah dan mewah.
Juru Taman tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia bersyukur dan berterima kasih kepada pedagang burung itu atas bantuannya.
Lalu meminta pedagang burung itu untuk membawanya ke singgasana kerajaan dan meminta maaf kepada Sultan Agung.
Pedagang burung itu pun membantu Juru Taman untuk naik ke singgasana kerajaan. Ia lalu mendorong singgasana kerajaan itu masuk ke dalam keraton Mataram.
Di dalam keraton, Sultan Agung sedang duduk di ruang audiensi bersama para abdi dalem dan pejabatnya.
Baca Juga: 2 Kali Menyerang Batavia, 2 Kali Juga Pasukan Sultan Agung Babak Belur Di Hadapan Belanda
Lalu terkejut melihat singgasana kerajaan yang hilang selama bertahun-tahun kembali lagi dengan Juru Taman di atasnya.
Juru Taman segera turun dari singgasana kerajaan dan bersujud di hadapan Sultan Agung. Ia meminta maaf kepada Sultan Agung atas kesalahannya yang telah menghilangkan singgasana kerajaan dan menyebabkan kesusahan bagi Sultan Agung.
Ia juga menceritakan bagaimana ia bisa menemukan kembali singgasana kerajaan dengan bantuan pedagang burung yang baik hati.
Sultan Agung mendengarkan penjelasan Juru Taman dengan sabar dan bijaksana. Ia melihat bahwa Juru Taman sudah menyesali kesalahannya dan sudah menderita cukup lama karena hukumannya.
Beliau juga melihat bahwa pedagang burung itu adalah orang yang jujur dan murah hati yang telah membantu Juru Taman tanpa pamrih. Ia lalu memutuskan untuk memaafkan Juru Taman dan memberinya hadiah sebagai tanda penghargaan.
Sultan Agung lalu memerintahkan para abdi dalem untuk melepaskan ikatan Juru Taman dari pohon beringin.
Lalu ia juga memberikan Juru Taman gelar Ki Raksasa sebagai tanda hormat atas kesaktian dan kesetiaannya. Ia juga memberikan pedagang burung itu gelar Ki Burung Pipit sebagai tanda terima kasih atas bantuannya.
Sultan Agung juga memberikan pedagang burung itu sejumlah uang dan barang berharga sebagai hadiah.
*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR