Panjang larasnya 3,85 m dan diameternya sekitar 25 cm.
Pada salah satu sisinya, terdapat tulisan dalam bahasa Latin yang berbunyi: Ex me Ipsa renata Sum, yang artinya kurang lebih "dari saya sendiri aku dilahirkan kembali".
Si Jagur memang diperkirakan berasal dari 16 meriam kecil yang dilebur menjadi satu.
Yang agak unik dan menjadi cerita yang amat kontroversial tentang meriam ini, bagian pangkalnya berbentuk kepalan tangan kanan.
Baca Juga: Terkesan Mistis Ini Sejarah Benteng Karang Bolong di Nusakambangan
Tetapi posisi jempolnya dijepit jari telunjuk dan jari tengah.
Bentuk seperti itu oleh banyak orang diidentikkan sebagai simbol atau lambang sanggama.
Dalam istilah yang sopan disebut "lambang kesuburan".
Ada yang percaya bahwa Si Jagur yang juga dijuluki Kiai Setama itu mempunyai pasangan (kali ini bukan pasangan tempur di medan perang, tapi pasangan tempur "di tempat tidur") di Solo yang dijuluki Nyai Setama.
Konon, jika kedua meriam itu disandingkan, ceritanya bakal "seru".
Entah apa yang dimaksudkan "seru" di sini.
Si Jagur pada mulanya ditempatkan di satu tempat di Jln. Cengkeh - Tongkol di Jakarta Kota.
Letaknya tidak jauh dari makam Habib Husein bin Abubakar Alaydrus yang terletak di dalam Masjid Luar Batang.
Semasa hidupnya, habib yang berasal dari Hadramaut dan menjadi guru agama itu tinggal di dekat benteng VOC.
Setiap hari, apalagi pada malam Jumat, makamnya banyak diziarahi pengunjung dari berbagai daerah.
(*)
Penulis | : | Andreas Chris Febrianto Nugroho |
Editor | : | Andreas Chris Febrianto Nugroho |
KOMENTAR