Di kalangan Eropa seorang nya tidak diakui sebagai isteri seorang Belanda, maka dunia itu tertutup baginya.
Di kalangan pribumi dia dijauhi atau dikucilkan maka tidak ada keleluasaan bergaul dengan komunitas pribumi.
Bahkan anak-anak Indo-Eropa hasil pergundikan antara lelaki Belanda dan nyai pribumi juga ikut terasing.
Meski beberapa anak hasil pergundikan diakui ayah mereka sehingga menyandang nama Eropa, status mereka di masyarakat tetap tidak jelas.
Mereka dianggap mampu membahayakan prestise kulit putih dan citra kolonial sebagai pemilik budaya yang nmereka anggap luhur.
Namun, mereka juga enggan bergaul dengan pribumi karena terlalu gengsi.
Anak hasil hubungan tuan-gundik diperlakukan dengan buruk bahkan sejak masa VOC.
Jika seorang lelaki Belanda yang sudah mempunyai anak dengan nyai, jatuh cinta kepada perempuan Eropa, ada juga yang menyuruh agar si nyai diusir dari rumah.
Kadang sang anak juga ikut diusir, tapi ada juga kasus hanya ibunya saja yang dibuang dan si anak dibuat untuk melupakan ibunya dengan disekolahkan ke Belanda.
Perpisahan dengan anak kandung kerap menggerus hati para nyai.
Beberapa dari mereka mengalami depresi hingga nekat mengakhiri hidupnya.
Baca Juga: Kisah Gundik Pribumi yang Semakin Cantik Malahan Bernasib Buruk
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR