Intisari-Online.com - Persoalan pergundikan memang bukan sesuatu yang baru.
Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17, gundik sudah menjadi semacam kebutuhan.
Tepatnya yakni ketika jumlah perempuan Eropa sangat sedikit jumlahnya dibandingkan jumlah prianya.
Pengambilan seorang gundik atau nyai pribumi oleh para laki-laki Eropa terbilang mudah.
Bahkan terdapat istilah khusus yang diberikan para majikan Eropa kepada pembantu rumah tangga pribumi, yaitu ‘babu’ untuk pembantu perempuan.
Sementara bagi pembantu laki-laki disebut sebagai ‘jongos.’
Babu yang berparas cantik, berkulit bersih, berperilaku sopan, dan baik akan dipilih oleh majikan Eropa-nya.
Biasanya pelayan atau pembantu rumah tangga seorang majikan Eropa berjumlah lebih dari satu.
Jika seorang majikan laki-laki Eropa menemukan nyai yang sesuai diantara para pekerja rumah tangganya, maka ia akan mengambil dan mengangkatnya sebagai nyai.
Namun, jika seorang laki-laki Eropa tidak menemukan yang sesuai diantara para pembantu rumah tangganya, ia akan memerintah kepada salah seorang pembantu laki-lakinya
agar mencarikan seorang gundik.
Baca Juga: Fenomena 'Nyai,' Wanita Pendamping Lelaki Eropa yang Kaya Ilmu Lokal
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR