Ketika berusia 18 tahun, pangeran muda itu diangkat sebagai raja muda wilayah Deccan, di selatan jantung Mughal.
Ketika saudara perempuan Aurangzeb meninggal dalam kebakaran pada tahun 1644, dia tak segera bergegas kembai ke Agra namun baru tiga minggu kemudian dia kembali.
Shah Jahan sangat marah karena keterlambatannya sehingga dia mencopot Aurangzeb dari gelar raja muda Deccan.
Meski demikian, Shah Jahan membutuhkan semua putranya untuk menjalankan kerajaan besarnya, namun, pada tahun 1646 dia menunjuk Aurangzeb sebagai gubernur Gujarat.
Tahun berikutnya, Aurangzeb yang berusia 28 tahun juga menjabat sebagai gubernur Balkh (Afghanistan) dan Badakhshan (Tajikistan) di sisi utara kekaisaran yang rentan.
Meskipun Aurangzeb memiliki banyak keberhasilan dalam memperluas kekuasaan Mughal ke utara dan barat, pada tahun 1652 ia gagal merebut kota Kandahar, Afghanistan dari Safawi.
Baca Juga: Mengapa Banyak Terjadi Pemberontakan di Kerajaan Majapahit?
Ayahnya kembali memanggilnya ke ibu kota. Pada tahun yang sama, dia dikirim ke selatan untuk memerintah Deccan sekali lagi.
Pada akhir 1657, Shah Jahan jatuh sakit. Shah Jahan menyukai putra tertua Dara, tetapi banyak Muslim menganggapnya terlalu duniawi dan tidak religius.
Shuja, putra kedua, adalah seorang hedonis yang menggunakan posisinya sebagai gubernur Bengal sebagai sarana untuk mendapatkan wanita cantik dan anggur.
Aurangzeb, seorang Muslim yang jauh lebih berkomitmen daripada kakak laki-lakinya yang lain, melihat kesempatannya untuk mengumpulkan umat beriman di belakang panjinya sendiri.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR