Aurangzeb mempraktikkan versi Islam yang jauh lebih ortodoks, bahkan fundamentalis, dengan melarang musik dan pertunjukan lainnya pada tahun 1668.
Baik Muslim maupun Hindu dilarang menyanyi, memainkan alat musik, atau menari—penghambat serius terhadap tradisi kedua agama di India .
Aurangzeb juga memerintahkan penghancuran candi-candi Hindu, meski jumlah pastinya tidak diketahui. Perkiraan berkisar dari di bawah 100 hingga puluhan ribu. Selain itu, ia memerintahkan perbudakan misionaris Kristen.
Aurangzeb memperluas kekuasaan Mughal baik di utara maupun selatan, tetapi kampanye militernya yang terus-menerus dan intoleransi agama membuat banyak rakyatnya tersinggung.
Ia tidak segan-segan menyiksa dan membunuh tawanan perang, tawanan politik, dan siapapun yang ia anggap tidak islami.
Lebih buruk lagi, kekaisaran menjadi terlalu luas dan Aurangzeb mengenakan pajak yang lebih tinggi untuk membayar perangnya.
Tentara Mughal tidak pernah mampu sepenuhnya menumpas perlawanan Hindu di Deccan, dan Sikh di Punjab utara bangkit melawan Aurangzeb berulang kali sepanjang masa pemerintahannya.
Mungkin yang paling mengkhawatirkan bagi kaisar Mughal, dia sangat bergantung pada prajurit Rajput, yang pada saat itu menjadi tulang punggung pasukan selatannya dan beragama Hindu yang setia.
Meskipun mereka tidak senang dengan kebijakannya, mereka tidak meninggalkan Aurangzeb selama hidupnya, tetapi mereka memberontak terhadap putranya segera setelah kaisar meninggal.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR