Dampak dari ikut campurnya militer ke dalam demokrasi, masyarakat dan ekonomi secara seragam hampir seluruhnya negatif.
Militer menahan demokratisasi, menyebabkan pemberontakan berdarah, dan menciptakan pemerintahan yang tidak becus mengatur dan berkuasa.
Militer juga secara potensial menumbuhkan bibit-bibit kudeta di negara-negara tetangga dan menyakiti demokrasi dalam seluruh wilayah.
Keseluruhan, keterlibatan militer mengatur wilayah akan membuat demokrasi mundur puluhan tahun, menciptakan kekerasan dan juga kemungkinan menghancurkan perkembangan ekonomi.
Kemunduran Ekonomi
Selama Perang Dingin, pemimpin militer adalah norma di Asia Tenggara dan Selatan, dan belahan bumi lainnya.
Negara-negara seperti Bangladesh, Indonesia, Myanmar, Pakistan, dan Thailand mengalami periode lama dikuasai pemimpin militer, dalam beberapa kasus bahkan dengan kekuatan besar mendukung mereka.
Banyak dari negara-negara ini menunjukkan pandangan dari angkatan bersenjata bahwa mereka adalah institusi pusat di masyarakat.
Seperti jurnalis David Hutt telah mencatat, tentara-tentara di Asia Tenggara melihat diri mereka sebagai "penjaga bangsa" dan "tentara rakyat."
Bahkan saat dunia berubah dan wilayah-wilayah itu mulai memapaki demokrasi, pandangan arogan atas diri sendiri ini terbukti sulit dihancurkan.
KOMENTAR