Jenderal Andika Perkasa dari Angkatan Darat Ditunjuk Jokowi Jadi Calon Tunggal Panglima TNI, Banyak Pihak Kritik 'Rotasi Matra' Sebagai Budaya Jabatan Panglima TNI

May N

Editor

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menjadi calon tunggal Panglima TNI.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menjadi calon tunggal Panglima TNI.

Intisari - Online.com -Baru saja Presiden Jokowi mencalonkan Jenderal TNI Andika Perkasa menjadi Panglima TNI, yang disampaikan dalam surat presiden kepada Ketua DPR RI.

Lewat supres yang diberikan langsung oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno kepada ketua DPR itu dijelaskan hanya ada satu nama atau calon tunggal Panglima TNI yang diusulkan Jokowi dalam supres tersebut.

"Karena itu, pada hari ini melalui Pak Mensesneg, Presiden telah menyampaikan surat presiden mengenai usulan calon panglima TNI kepada DPR RI atas nama Jenderal TNI Andika Perkasa," kata Puan di lokasi.

Baca Juga: Dikecam Seluruh Dunia Sampai Bikin Calon Prajurit WanitaTrauma,Tes Keperawanan Tidak Akan Lagi Dilakukan, Namun Ini yang Diperiksa Sebagai Gantinya

Keputusan ini mendapat banyak kritik terutama karena sudah lama ada isu calon Panglima TNI adalah dua orang, yaitu Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAL) Jenderal Andika Perkasa, dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono.

Isu-isu rotasi matra untuk jabatan panglima TNI digaungkan, yang menyebut matra Angkatan Darat sudah sering mendapatkan jabatan.

Lantas, apa yang dimaksud rotasi matra?

Matra adalah tiga bagian besar dari TNI, yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Baca Juga: Segera Daftar, Yuk! Ini Daftar Lengkap Gaji TNI AL Beserta Daftar Kecabangan Matra TNI Satu Itu

Ketiganya disebut harus dirotasi untuk mengisi jabatan Panglima TNI, hal ini diperlukan untuk menjaga solidaritas dan konsolidasi sektor pertahanan seperti disampaikan Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran, Muradi.

Hal ini ia sampaikan ketika pergantian jabatan Panglima TNI dari Jenderal Gatot Nurmantyo tahun 2017 lalu.

"Jabatan panglima TNI bergiliran antar matra untuk kepentingan konsolidasi. Menurut saya yang paling penting konsolidasi antar matra, internal masing-masing matra dan dengan Kementerian Pertahanan," ujar Muradi dalam diskusi publik Setara Institute bertajuk 'Pergantian Panglima dan Akselerasi Reformasi TNI', di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (23/11/2017).

Sejak Jenderal Gatot Nurmantyo, jabatan Panglima TNI diisi oleh Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang dulunya berasal dari matra Angkatan Udara, tetapi sebelum Jenderal Gatot Nurmantyo menjabat, Panglima TNI diisi oleh Jenderal TNI Moeldoko dari Angkatan Darat.

Baca Juga: Penasaran dengan Kecabangan, Tanda Pangkat Serta Bocoran Gaji TNI Angkatan Udara? Simak Selengkapnya di Sini

Terakhir kali seseorang dari matra Angkatan Laut mengisi posisi ini adalah periode 2010 - 2013 yaitu oleh Laksamana TNI Agus Suhartono.

Muradi menerangkan rotasi jabatan Panglima TNI diperlukan untuk mendukung visi pemerintah mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, sedangkan pada tahun 2017 itu dua tahun ke belakangnya kebijakan TNI belum mengarah pada dukungan terhadap visi poros maritim dunia.

Masalah Natuna menjadi permasalahan utama.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Imparsial Al Araf mengatakan, Presiden Joko Widodo harus mempertimbangkan pola rotasi secara bergiliran agar memberikan penyegaran dalam tubuh TNI.

Baca Juga: Cek Tanda Kepangkatan TNI Angkatan Laut Serta Daftar Gaji Beserta Tunjangan TNI AL di Sini

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait