Intisari-Online.com – Ketika Johann Struensee pertama kali bertemu dengan gadis muda Inggris, Caroline Mathilde pada tahun 1766, tidak pernah terlintas dalam mimpi liarnya bahwa dia, pada suatu hari akan menjadi kekasihnya dan pria paling berkuasa di Denmark.
Struensee adalah seorang dokter Jerman yang bekerja di daerah kumuh Jutlandia.
Pertemuan singkat antara Struensee dan Putri Caroline Mathilde berlangsung di kota Altona, Denmark, tempat dia bekerja sebagai dokter di daerah kumuh yang kotor dan penuh penyakit.
Gadis berusia 15 tahun itu singgah dalam perjalanannya dari Inggris ke rumah barunya di Kopenhagen, tempatnya akan bergabung dengan sepupunya, yang kemudian menjadi suaminya, Raja Christian VII, di kediaman kerajaan di Christiansborg.
Bersatu dengan raja yang adalah sepupunya yang berusia 17 tahun bukanlah semanis madu.
Caroline segera mengetahui bahwa dia diharapkan untuk bermain keras terhadap suaminya, yang tampaknya menikmati ‘menenggelamkannya’ dalam komentar dengki dan menggunakannya sebagai pukulan verbal.
Maka semakin jelas bahwa itu bukan romansa remaja yang halus, tetapi pernikahan yang agak tidak bahagia sejak awal.
Rupanya raja muda itu secara psikologis tidak stabil dan menderita serangan kecemasan, ledakan emosi, paranoia, mutilasi diri, dan halusinasi, bahkan mungkin karena skizofrenia.
Raja sering melampiaskan kemarahannya dengan pergi ke tempat hiburan malam Kopenhagen dan bersikeras untuk tidak tidur dengan istrinya.
Raja muda bahkan dilaporkan harus dibujuk untuk menyempurnakan pernikahan mereka, untuk mengamankan suksesi.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR