Penulis
Intisari-Online.com - Dalam berbagai periode dalam sejarah, di berbagai belahan dunia, hidup beberapa pemimpin yang brutal dan menindas.
Begitu juga yang terjadi di Madagaskar dengan pemimpin brutalnya, Ratu Ranavalona I.
Ranavalona memimpin lebih dari 3 dekade dari 1828-1861 dan dia bertanggung jawab atas kematian jutaan orang.
Ratu Ranavalona sudah kejam sejak awal penobatannya.
Salah satu tindakannya yang paling awal adalah membunuh pihak-pihak yang dirasa mengancam kekuasaannya.
Upaya pemberantasan itu dimulai secara sistematis dengan penangkapan dan eksekusi anggota keluarga mendiang Raja Radama, lawan politiknya.
Kejam Sejak Awal
Pada awal masa pemerintahan Ranavalona, Ratu yang berhati dingin itu sangat jelas ingin membuat negaranya mandiri.
Oleh karenanya, dia tidak membiarkan "orang luar" menghancurkan sistem budaya dan hukum tradisional yang berlaku di Madagaskar.
Pada awalnya, ancaman ini ditujukan pada orang-orang Kristen.
Seiring meningkatnya jumlah misionaris Kristen yang telah mengunjungi pulau itu selama beberapa dekade, Ranavalona mengingatkan kepada rakyatnya:
"Mereka (orang Kristen) menyangkal saya, saya pun menyangkal mereka. Mereka menolak saya, saya pun menolak mereka."
Mungkin, dia tidak sepenuhnya percaya bahwa kekuatannya dapat membuat rakyatnya patuh.
Karena itu, dia secara resmi melarang agama Kristen dari Madagaskar pada 1835.
Akhirnya paranoia ini meluas ke semua intervensi asing, terutama Inggris dan Prancis.
Paranoid Terhadap Berbagai Pihak
Namun tak terbatas pada kelompok asing, kebrutalannya juga menyasar kepada rakyatnya sendiri.
Rakyat-rakyatnya sering terkena amarah dan menanggung hukuman hanya karna pelanggaran yang paling sepele.
Tak tanggung-tanggung, metode penyiksaannya pun sungguh mengerikan.
1. Pemenggalan kepala
Dalam satu contoh yang terdokumentasi dengan baik, Ratu Ranavalona I memerintahkan para kepala tentara Prancis yang dipenggal untuk dipasang di tiang-tiang di sepanjang pantai Madagaskar.
Hal itu dilakukannya sebagai pertanda kekuasaannya dan peringatan agar Prancis takut jika mereka berencana menginvasi daerah itu.
2. Menggantung
Orang dianggap bersalah, akan digantung berhari-hari di atas tebing curam.
Baca Juga: Ini Dia Berbagai Sumber Sejarah Kerajaan Kediri yang Masih Lengkap
Anggota keluarganya dipaksa menyaksikan itu hingga tali gantungan perlahan-lahan rapuh dan putus, yang membuat korban meninggal dunia.
3. Kerja paksa brutal
Sering karena kemauan, Ratu secara tak terduga akan membuat rencana pembanunan yang tidak realistis.
Dia mengerahkan ribuan penduduk asli yang tidak beruntung atau tahanan yang ditangkap untuk bekerja.
4. Merebus, membakar, dan mengubur hidup-hidup
Tak terhitung ribuan tersangka penjahat menghadapi hukuman jenis ini.
Hukuman seperti merebus, membakar, dan menghubur hidup-hidup juga disaksikan oleh mastarakat umum sebagai peringatan agar rakyat lainnya tunduk terhadap dirinya.
Selama pemerintahan Ratu Ranavalona I selama 33 tahun, para ahli telah secara konservatif memperkirakan bahwa antara 50-75% populasi Madagaskar mengalami kematian sebelum waktunya karena perang, penyakit, atau sistem keadilan yang biadab dan kejam ini.
Dengan setidaknya 2,5 juta kematian yang dikaitkan dengan Ranavalona I, dia telah mendapatkan gelar "Wanita Paling Kejam di Dunia."
(*)